BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan yang ada di bumi ini sangat banyak dan beraneka ragam. Bahkan di
tiap daerah memiliki jenis makhluk hidup yang khas, yang tidak ditemukan di
daerah lain. Adanya keanekaragaman tumbuhan ini menjadi suatu masalah dalam
mengenal dan mempelajarinya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang
mengatur keanekaragaman yang ada. Dengan latar belakang ini, ada seorang tokoh
Yunani yang mencetuskan ilmu taksonomi yaitu Theoprates pada tahun 370-285 SM
yang kemudian dikembangkan oleh tokoh dari Swedia. Ilmu taksonomi ini merupakan
ilmu tentang klasisikasi, identifikasi dan tatanama makhluk hidup.
Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk mempermudah pengenalan dan pembelajaran
terhadap makhluk hidup serta mempermudah dalam mengkomunikasikannya kepada
orang lain. Ilmu taksonomi ini senantiasa berkembang dari masa ke masa,
sehingga muncul tokoh - tokoh baru dalam taksonomi dan pendapat – pendapat
serta teori - teori tentang taksonomi. Ilmu taksonomi ini melahirkan berbagai
sistem klasifikasi yang berbeda – beda sesuai dengan dasar yang digunakan dalam
kegiatan itu. Sistem klasifikasi yang dilahirkan dalam sejarah perkembangan
taksonomi yaitu periode tertua yang belum memiliki sistem formal, sistem
habitus, sistem numerik, sistem filogenik dan sistem kontemporer yang kemudian
akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan taksonomi?
2.
Apakah dasar-dasar
klasifikasi tumbuhan?
3.
Apakah tujuan dari
klasifikasi tumbuhan?
C. Tujuan Masalah
1.
untuk mengetahui bagaimana
sejarah perkembangan taksonomi
2.
Untuk mengetahui apa
dasar-dasar klasifikasi tumbuhan
3.
untuk mengetahui apa
tujuan dari klasifikasi tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Klasifikasi
Klasifikasi merupakan penyusunan tumbuhan secara teratur
ke dalam suatu sistem hirarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan
informasi tentang tumbuhan secara individual dengan hasil akhir yang
menggambarkan hubungan kekerabatan.
Secara umum, klasifikasi dapat dibedakan atas dua
golongan yaitu klasifikasi empirik dan klasifikasi rasional. Klasifiikasi
empirik adalah klasifikasi yang tidak didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki
oleh tumbuhan yang diklasifikasikannya. Sebagai contoh adalah klasifikasi yang
didasarkan pada ejaan secara abjad. Klasifikasi ini jarang dilakukan karena
dalam menggolong-golongkan tumbuhan yang lebih penting adalah
persamaan-persamaan sifatnya. Klasifikasi rasional adalah klasifikasi yang
berhubungan langsung dengan tumbuhan yang digolongkan, yaitu dengan menggunakan
sifat-sifat yang dimilikinya.
Pembagian jenis klasifikasi rasional dalam sejarah
perkembangannya sebenarnya banyak perbedaan. Umumnya pengarang membagi sejarah
perkembangan atas beberapa periode atau masa. Setiap periode ditandai oleh
prinsip-prinsip yang digunakan atau tujuan khusus yang ongin dicapai. Biasanya
antara satu periode dengan yang lain dipisahkan dengan peristiwa-peristiwa atau
terbitnya karya-karya penting seperti diterbitkannya spesies plantarum karya
Linnaeus tahun 1753. Tulisan Charles darwin, penemuan hukum genetik oleh
mendel, atau perkembangan taksonomi numerik tahun 1957. Semua peristiwa
tersebut hanyalah sebagai tanda (milestone) bukan sebagai titik akhir suatu
periode, atau dimulainya periode baru. Sebab perkembangan klasifikasi itu pada
hakekatnya bersifat gradual. Berikut ini akan diuraikan sejarah perkembangan
sistem klasifikasi tumbuhan dari masa ke masa yaitu sebagai berikut:
1. Periode purba
Pada periode ini sebenarnya belum dikenal adanya sistem
klasifikasi. Akan tetapi, manusia yang kehidupannya sangat tergantung pada
tumbuhan berusaha untuk mengelompokkan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat dan
merugikan mereka. Hasil penggolongan yang mereka lakukan itu bertujuan untuk
memudahkan berkomunikasi sesamanya. Dengan demikian mereka telah menerapkan suatu
sistem klasifikasi yang didasarkan pada asas manfaat. Contoh sistem
klasifikasinya adalah tumbuhan obat, tumbuhan pangan, tumbuhan sayuran.
Klasifikasi yang didasarkan pada asas manfaat merupakan klasifikasi yang paling
banyak dipergunakan sehari-hari karena berhubungan dengan sifat-sifat tumbuhan
yang berguna bagi kepentingan manusia.
Sebenarnya, sadar atau tidak sadar manusia telah
melakukan kegiatan klasifikasinya sejak berpuluh-puluh abad yang lalu, walaupun
pengetahuan mereka dalam bidang belum dapat disebut ilmu menurut ukuran
sekarang. Kenyataan tersebut dapat dianggap sebagai awal perkembangan
klasifikasi tumbuhan.
2. Periode habitus (herbalist)
Pada periode habitus, klasifikasi tumbuhan didasarkan
atas perawakan (habitus) yang dimiliki oleh tumbuhan. Habitus adalah kesan
keseluruhan yang nampak dari suatu tuumbuhan. Sistem klasifikasi pada periode
ini termasuk sistem buatan dan bertahan hingga pertengahan abad ke-18.
Klasifikai sistem habitus dipelopori oleh Theopratus
(287-370 SM). Dalam bukunya De Historia Plantarum yang memuat 480 jenis
tumbuha, dia mengklasifikasi tumbuhan atas: pohon, perdu, semak, dan herba.
Beliau juga seorang ahli morfologi yang telah membedakan antara mahkota bunga
yang polipetalus dengan gamopetalus, ovari superior dengan inferior, perbungaan
yang determinate dengan indeterminate. Selain itu Theoprastus juga
mengklasifikasikan daun-daun dan memperhatikan penataan daun pada batang.
Selama periode sistem habitus, juga lahir tokoh-tokoh
yang banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan klasifikasi tumbuhan.
Diantaranya adalah: Dioscorides yang menulis buku De Materia Medica dengan
memuat 600 jenis tumbuhan dan kegunaan masing-masing tumbuhan tersebut. Beliau
membuat klasifikasi atas dasar manfaat dan sifat-sifat morfologi yang dimiliki
tumbuhan. Albertus Magnus adalah tokoh yang membedakan antara Monocotyledoneae
dengan Dicotyledoneae bedasarkan sifat-sifat batangnya. Selain itu, Otto
Brunfels yang membedakan golongan perfecti dengan imperfecti. Tokoh-tokoh
tersebut banyak mengajukan gagasan-gagasan baru tentang dasar klasifikasi
tumbuhan. Dasar-dasar tadi seperti perlunya menggunakan sifat-sifat susunan
bunga dan struktur bunga, sifat tipe buah, jumlah keping biji, struktur batang,
dan sifat lainnya. Namun demikian sistem habitus tetap dipertahankan bedasarkan
atas satu atau dua ciri morfologi yang mudah diamati langsung, misalnya
perawakan (habitus) tumbuhan. Tumbuhan yang tinggi besar dan berumur panjang
dikelompokkan sebagai pohon (arbor), yang lebih kecil dijadikan golongan semak
(frutex), dan yang kecil serta berumut pendek dimasukkan golongan terna
(herba). Tujuannya memudahkan pengenalan dan untuk kepentingan praktis.
3. Periode sistem seksual
Klasifikasi tumbuhan periode seksual disebut juga dengan
periode numerik yang didasarkan pada jumlah alat-alat kelamin tumbuhan.
Pencipta sistem ini adalah Carolus Linneus. Bedasarkan jumlah benang sari dan
hubungan antara benang sari yang satu dengan yang lain serta terhadap bagian
bunga yang lain, Linnaeus mengklasifikasi tumbuhan berbunga menjadi 23
golongan. Tiga belas golongan diantaranya bedasarkan atas jumlah benang sari 1
sampai 20. Dua belas didasarkan atas panjang relatif benang sarinya. Empat
kelas bedasarkan benang sari berlekatan. Satu kelas atas dasar bersatunya benang
sari dengan putik. Tiga kelas didasarkan atas sifat bunga tak sempurna, yaitu
salah satu dari 4 bunga (kelopak, kalik, benang sari, putik) tidak terdapat.
Sebanyak 24 golongan lagi tidak mempunyai bunga yang meliputi paku-pakuan,
lumut, fungi, dan ganggang.
Sistem yang disusun oleh Linnaeus tersebut merupakan
sistem klasifikasi buatan. Maksudnya, kategori tumbuhan didasarkan pada
sejumlah kecil sifat-sifat morfologi tanpa memandang kesamaan struktur yang
sebenarnya yang mungkin dapat menunjukkan hubungan kekerabatan. Namun demikian,
sistem tersebut dinilai revolusioner pada masa itu. Kekuatan sistem itu
terletak pada kesederhanaannya. Hal itu berarti dengan sistem itu tumbuhan
dapat ditata dan ditemukan kembali, karena sistem itu memang sengaja dirancang
sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan.
4. Periode sistem alam
Klasifikasi pada periode sistem alam didasarkan pada
kekerabatan yang ditunjukkan oleh banyak sedikitnya persamaan sifat-sifat yang
terlihat.sistem ini dianggap alami karena mencerminkan keadaan sebenarnya
seperti terdapat di alam.kesadaran mengenai adanya hubungan kekerabatan ini
terutama disebabkan oleh bertambahnya ilmu pengetahuan tentang fungsi dan
morfologi dari organ tumbuhan serta kemajuan ilmu optik, sehingga pengamatannya
lebih seksama dibandingkan periode sebelumnya.
Sistem klasifikasi yang diciptakan pada periode ini
disebut sistem alam yang bertujuan untuk memenuhi keingintahuan manusia akan
adanya penataan yang tepat dan lebih baik dari sistem sebelumnya, sehingga
dapat digunakan sebagai alat bantu identifikasi.
Berikut ini beberapa sistem klasifikasi yang dikemukakan
para ahli pada sistem alam.
Menurut Augustin Pyramus de Candolle (1778-1841)
I.
Kelas Dicotyledoneae
1) Anak kelas Thalamiflorae (51 Ordo)
2) Anak kelas Calyciflorae (64 Ordo)
3) Anak kelas Carolliflorae (23 Ordo)
4) Anak kelas Monochlamydeae (20 Ordo)
II. Kelas Monocotyledoneae
1) Anak kelas Phanerogamae (21 Ordo)
2) Anak kelas Cryptogamae (5 Ordo)
III. Kelas Acotyledoneae
1) Anak kelas Foliaceae (Musci dan Hepaticeae)
2) Anak kelas Aphyllae (Lichenes, Hypoxyla,
Fungi, dan Algae)
Menurut Brongniart (1801-1847)
I. Cryptagame
1) Amphigenes (Algae, Fungi, Lichenes)
2) Aerogenes (Musci, Cryptogamae berbekas angkut,
Characeae)
II. Phanerogamae
1) Monocotyledoneae
a) Perispermae
b) Aperispermae
2) Dicotyledoneae
a) Angiospermae : Gamopetalae, Diaypetalae
b) Gymnospermae
5. Periode sistem filogenik
Klasifikasi yang dihasilkan pada periode ini didasarkan
pada filogeni takson-takson dengan mengikutsertakan teori evolusi.
Takson-takson yang dibentuk ditempatkan dengan urut-urutan yang lebih tinggi
(maju). Dengan demikian, sekelompok tumbuhan dianggap mempunyai hubungan yang
erat jik banyak terdapat ciri-ciri yang serupa, sedangkan hubungan keluarga
dikatakan paling renggang jika ciri-ciri yang sama sangan sedikit.
Kesulitan dalam penelaahan filogenetik terutama disebab
pada arah evolusi yang berupa progresif (maju), retrogresif (mundur), dan
konvergensi (memusat). Kesulitan penafsiran tentang hubungan kekerabatn yang
disebabkan oleh evolusi konvergen adalah perkembangan dekat. Bentuk semacam
itu, meskipun tidak berasal dari nenek moyang yang sama dapat memperlihatkan
kesamaan yang mungkin mnyesatkan dalam mencari bukti-bukti hubungan
kekeluargaan. Sebagai contoh, asal usul berkas jaringan pembuluh 5 golongan
tumbuhan, yaitu: tumbuhan monokotil, dikotil, rane-ranean (Selaginellales),
paku-pakuan sejati (Filicales), dan belinjo-belinjoan (Gnetales). Contoh lain
adalah antara Cactaceae dengan Euphorbiaceae.
Meskipun mengalami berbagao kendala, namun penelaah
evolusi dalam klasifikasi tumbuhan tetap berjalan yang tujuannya berupa
klasifikasi bedasarkan kekerabatan karena keturunan. Klasifikasi semacam itu
mungkin tidak pernah sempurna, tetapi upaya penyempurnaan dengan menggunakan
pendekatan baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menghasilkan pola ke arah klasifikasi yang lebih teliti serta didasarkan atas
hubungan genetik dan bukan dengan melihat kesamaan sifat dalam bentuk luarnya
saja. Sebagai contoh penggunaan sifat kimia, DNA, dan serbuk sari untuk menentukan
hubungan kekerabatannya.
Tokoh-tokoh dalam periode sistem filogenetik ini antara
lain: August Wilhelm Eicher (1839-1887) yang membagi dunia tumbuhan menjadi dua
golongan besar, yaitu Crytogamae meliputi Thallopyta, Bryophyta, Pteridopyta)
dan Phanerogamae tumbuhan berbiji. Masing-masing golongan dibagi lagi menjadi
takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini kemudian diikuti Adolp Engler
(1844-1930). Richard Von Wettstein (1862-1931), Charles E, Bessey (1845-1915),
dan Hans Halier (1868-1932) yang sisteem klasifikasi mereka hanya perubahan dan
penyempurnaan sistem yang dikemukakan oleh W. Eicher.
Berikut beberapa sistem klasifikasi yang ditulis pada
sistem filogenetik. Menurut Alexander Braun (1805-1877) dunia tumbuhan
diklasifikasikan atas:
I.
Tingkat Bryophyta
1) Kelas Thallophyta (Algae, Lichenes, Fungi)
2) Kelas Thallophyllodea (Chorinae, Muscinae)
II. Tingkat Cormophyta (Filices)
III. Tingkat Anthophyta
1) Bagian besar Gymnospermae
2) Bagian besar Angispermae
a) Kelas Monocotyledoneae
b) Kelas Dicotyledoneae
a. Apetalae
b. Sympetalae
c. Eleutheropetalae
6.
Periode sistem kontemporer
Klasifikasi tumbuhan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan sumber data baru
seperti dari paleobotani, biokimia, ultrastruktur dengan menggunakan SEM dan
TEM telah banyak membawa perubahan danlam proses dan hasil klasifikasi.
Penggunaan data-data tersebut yang juga diikuti penggunaan matematika dan telah
menghasilkan sistem klasifikasi yang lebih objektif.
Tokoh-tokoh pada periode ini antara lain: Robert Thorne,
Armen Takhtajan, Arthur Cronquist, dan R.Dahlgren. para ahli tersebut umumnya
telah menerapkan isi pasal kode internasional tatanama tumbuhan dalam memberi
nama tumbuhan yang diklasifikasi. Misalnya Magnoliopsida digunakan sebagai
pengganti Dicotyledoneae. Dan liliopsida untuk Monocotyledoneae. Hal-hal baru
dalam klasifikasi tumbuhan akan terus lahir sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
B. Dasar-Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup
Dasar klasifikasi adalah adanya keanekaragaman, keanekaragaman merupakan
gejala yang dapat diamati dan kehadirannya tidak dapat di tolak serta berlaku
universal. Keanekaragaman dapat berupa bentuk, ukuran struktur, fungsi,
perawakan dan tanggapan terhadap faktor lingkungan. Keanekaragaman hayati
selalu akan bertambah dan faktor yang mendorong pertambahan itu adalah ;
genetik, mutasi, adaptasi, dan kompetisi.
Penempatan sesuai dengan tingkat (ranking) merupakan
bahagian yang sangat penting. Ranking mempunyai dua fungsi yaitu: 1)
meningkatkan informasi yang dikandung oleh unit taksonomi (takson) agar lebih
efisien. 2) memungkinkan meletakkan unit taksonomi dalam suatu kategori yang
mencerminkan tingkat perbedaan yang ada. Kegiatan penempatan sesuai dengan tingkat
melibatkan dua hal pokok meliputi semua keadaan ciri taksonomi diteliti dengan
baik dan ciri-ciri itu selanjutnya dievaluasi dalam hubungannya dengan kategori
dalam sistem klasifikasi.
Dasar untuk mengelompokkan makhluk hidup adalah sebagai
berikut.
a. Berdasarkan Persamaan
Dengan mengamati ciri-cirinya, maka kita dapat memasukkan bahwa ayam dan
elang adalah golongan hewan, yaitu jenis aves (burung)
karena memiliki bulu,sayap, dan
paruh.
b. Berdasarkan Perbedaan
Apabila kita mengamati
perbedaan ciri yang dimiliki ayam dan elang berdasarkan jenis makanannya, maka
ayam termasuk herbivora, sedangkan elang termasuk golongan karnivora, yaitu
pemakan daging.
c.
Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi
Klasifikasi didasarkan pada persamaan atau perbedaan ciri-ciri
tertentu. Ciri-ciri yang digunakan terutama adalah ciri-ciri morfologi dan
anatomi. Morfologi adalah ciri-ciri yang tampak di bagian luar tubuh makhluk hidup,
sedangkan anatomi adalah ciri-ciri yang ada di bagian dalam tubuh makhluk
hidup. Pada tumbuh-tumbuhan, ciri-ciri yang dapat digunakan dalam
mengklasifikasi dapat berupa ciri-ciri morfologi, misalnya warna bunga, bentuk
bunga, bentuk biji, kekerasan biji, bentuk pohon, bentuk daun, dan lain-lain.
Selain itu, dapat pula menggunakan ciri-ciri anatomi, misalnya ada-tidaknya
berkas pengangkut, ada-tidaknya kambium, dan ada-tidaknya sel trakea
d.
Berdasarkan Ciri Biokimia
Sejalan dengan masa
perkembangannya, untuk menentukan klasifikasi makhluk hidup selain berdasarkan
ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, bisa pula menggunakan ciri-ciri
biokimia, misalnya jenis-jenis enzim, jenis-jenis protein, dan jenis-jenis DNA.
Hal
tersebut dapat menentukan hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan
lainnya.
e.
Berdasarkan Manfaat
Pengelompokan
merupakan salah satu upaya dalam mengklasifikasi. Tujuan
pengelompokan ini adalah untuk memudahkan kita memanfaatkan suatu makhluk
hidup. Klasifikasi
dapat dilakukan oleh siapa saja, asal memiliki dasar dan tujuan yang jelas.
Misalnya bayam, kol, kentang, kacang panjang, wortel, dan sawi dimasukkan dalam
satu kelompok tanaman sayur-sayuran. Dasar pengelompokan itu adalah bahwa
tanaman-tanaman tersebut dapat digunakan sebagai sayuran, sedangkan tujuannya
adalah untuk memudahkan manusia dalam memanfaatkan tanaman-tanaman tersebut
sebagai sayur-sayuran.
C.
Tujuan Dari Klasifikasi Makhluk Hidup
Tujuan klasifikasi makhluk
hidup adalah untuk mempermudah
mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup. Membandingkan
berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada makhluk hidup. Tujuan klasifikasi makhluk hidup menggunakan
dasar atau kriteria tertentu, yaitu persamaan ciri atau sifat morfologi,
fisiologi, dan anatomi yang terdapat pada makhluk hidup. Sistem klasifikasi
makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya taksonomi.
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan
yang didasarkan pada ciri-ciri
tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokan
tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap
kelompok tumbuhan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan lainnya
yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan
oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Berikut adalah tujuan klasifikasi makhluk hidup yang telah dilakukan oleh para ilmuan biologi:
·
Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan ciri-ciri yang dimiliki.
·
Mengetahui ciri-ciri suatu makhluk hidup untuk
membedakannya dengan makhluk hidup jenis lain.
·
Memberi nama makhluk hidup yang belum
diketahui namanya atau belum memiliki nama.
·
Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk
hidup.
·
Mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar
kekerabatannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Klasifikasi merupakan penyusunan tumbuhan
secara teratur ke dalam suatu sistem hirarki.
2. Sejarah klasifikasi terbagi atas enam periode
1)
Periode purba
2)
Periode habitus
3)
Periode sistem seksual
4)
Periode sistem alam
5)
Periode sistem filogenetik
6)
Periode sistem kontemporer
3. Dasar untuk mengelompokkan makhluk hidup terbagi yaitu
a. Berdasarkan Persamaan
b. Berdasarkan Perbedaan
c.
Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi
d.
Berdasarkan Ciri Biokimia
e.
Berdasarkan Manfaat
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin, Taksonomi Tumbuhan
Tinggi, Banda Aceh : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Jurusan Biologi
Universitas Syiah Kuala, 2006.
Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University, 2003.