BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tubuh manusia mempunyai berbagai cara
untuk melakukan proteksi. Pertahanan pertama adalah barier mekanik, seperti
kulit yang menutupi permukaan tubuh. Kulit termasuk lapisan epidermis, stratum
korneum, keratinosit dan lapisan basal bersifat sebagai barier yang
penting, mencegah mikroorganisme dan agen perusak potensial lain masuk ke dalam
jaringan yang lebih dalam. Misalnya asam laktat dan substansi lain dalam
keringat mengatur pH permukaan epidermis dalam suasana asam yang membantu
mencegah kolonisasi oleh bakteri dan organisme lain. Terdapat berbagai infeksi
pada anak disertai dengan kelainan (tanda) pada kulit.
kulit sangat penting, kulit adalah
organ tubuh terbesar, yang merupakan 15 % berat tubuh atau sekitar 10 kg pada
orang dewasa, dengan luas permukaan 1,5-2m2. kulit memiliki berbagai
macam fungsi. Kulit memilki barier terhadap invasi mikroorganisme dan mempunyai
efek sebagai pelindung terhadap rangsangan mekanis, rangsangan termis dan
rangsangan osmotic. Kulit juga sangat penting dalam mengatur suhu tubuh dan
mempertahankan keseimbangan cairan kulit dan memiliki kemampuan untuk ekresi
serta absorsi.[1]
Pada beberapa kasus kelainan kulit
dapat merupakan tanda penting penyebab infeksi yang merupakan indikator
bermakna adanya infeksi yang mendasarinya. Walaupun kebanyakan penyakit
eksantema pada anak bersifat ringan, diagnosis banding penting sekali oleh
karena beberapa infeksi pada anak yang fatal sering mempunyai kelainan (tanda)
pada kulit sebagai manifestasi awal. Dermis dengan kolagen dan elastin
memberikan dukungan dan pencegahan banyak elemen seperti saraf, pembuluh darah,
dan lain-lain sedangkan subkutis merupakan insolator panas dan persediaan
kalori. Kekurangan kolagen akan memudahkan terjadinya edema, terutama pada bayi
prematur.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan sistem Integumen?
2.
Apa saja pembagian
stuktur lapisan kulit?
3.
Apa saja pembagian
kelenjar kulit?
4.
Apa saja pembagian
derivate integumen?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Agar mengetahui arti
dari sistem integument.
2.
Agar dapat membedakan
struktur lapisan kulit.
3.
Agar dapat mengetahui
pembagian dari kelenjar kulit.
4.
Agar mengetahui macam-macam
derivate integumen
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sistem Integumen
Integumen berasal dari
bahasa Latin "integumentum" yang berarti "penutup". Sistem integumen adalah
sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan
hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian
sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku,
kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
Integumen
adalah suatu sistem yang sangat
bervariasi. Pada sistem ini terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu
dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari
kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya.
Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan
penutup yang umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari
jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan
derivat integumen yaitu struktur tertentu yang secara embriogenetik berasal
dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa
struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa
struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet.
Sehubungan dengan bervariasinya
integumen pada vertebrata khusunya ikan, maka fungsinya pun bermacam-macam
pula, antara lain : pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau
penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya,
termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya.
Kulit juga digunakan sebagai alat
ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan
tertentu. Beberapa alat lain yang terdapat dalam kulit sebagai alat untuk
mempertahankan diri ataupun menyerang mangsa adalah kelenjar racun, pewarnaan,
sumber cahaya, kelenjar mucus (lendir) yang membuat tubuhnya licin dan
menghasilkan bau khas sebagai alat komunikasi kimiawi.
1.
Fungsi Kulit
Kulit
memiliki banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi (perlindungan),
absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan
pembentukan vitamin D.
a. Kulit sebagai pelindung
Kulit
memiliki lapisan yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari tiap bagian
lapisan kulit terdalam sampai luar, seperti:
Ø Sel keratin berfungsi melindungi
kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin merupakan
struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.
Ø Lipid yang dilepaskan mencegah
evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi, selain itu juga mencegah
masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
Ø Sebum yang berminyak yang berasal
dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta
mengandung zat bakterisid yang berfungsi untuk membunuh bakteri di permukaan
kulit.
Ø Pigmen melanin yang berfungsi untuk
melindungi kulit efek dari sinar UV yang berbahaya.
b. Sebagai tempat eksteroreseptor, pada
bagian dermis kulit terdapat reseptor berupa akhiran saraf bebas atau
badan-badan sensoris yang dapat menerima berbagai macam rangsang dari
lingkungan eksternal.
c. Sebagai
alat ekskretori, pada kulit banyak terdapat kelenjer-kelenjer keringat
dan kelenjer-kelenjer lemak yang berfungsi membantu membuang sisa-sisa hasil
metabolism baik berupa air, lipida atau garam-garam keluar tubuh.
d. Sebagai alat respirasi atau alat pernafasan,
terutama pada hewan-hewan akuantik dengan struktur kulit yang tipis selalu
basah dan sangat vaskuler. Kondisi kulit seperti ini sangat kondusif untuk
proses difusi gas O2 yang terlarut dalam air masuk ke
kapiler-kapiler darah dipermukaan kulit tubuh.
e. Sebagai
alat nutrisi dan cadangan makanan, yaitu terdapat
kelenjer mammae (kelenjer susu) yang digunakan oleh mamalia untuk nutrisi bagi
hewan muda atau yang baru lahir. Dan kulit tempat penyimpanan cadangan makanan
(energi), yang berupa lemak.
f. Sebagai
alat gerak, pada hewan vofitan/arboreal seperti
burung, kelelawar, cecak terbang dll, derivate kulit dipakai sebagai alat
terbang yang sangat penting.
- Struktur
Lapisan Kulit
1.
Epidermis
Epidermis (kulit ari) adalah lapisan
paling luar yang terdiri dari lapisan epitel gepeng yang unsur utamanya adalah
sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis ini akan
terkelupas atau gugur. Lapisan ini terus tumbuh karena lapisan sel induk yang
berada di bawahnya terus bermitosis. Epidermis terdiri dari lima lapisan:
a.
Stratum
Korneum (Lapisan tanduk)
merupakan lapisan epidermis terluar yang
tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti,
protoplasma telah berubah menjadi keratin (zat tanduk) sel yang
mati akan lalu terkelupas dari tubuh dan
digantikan oleh sel yang lain. Lapisan tanduk ini lebih tebal pada area-area
yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan luar, terutama pada
tangan dan kaki.
b.
Stratum
Lusidum
Terletak dibawah
stratum Korneum yang terdiri atas
beberapa baris sel gepeng tidak bernukleus yang mengandung kerathohialin.
lapisan ini terdapatb dalam kulit telapak kaki dan telapak tangan.[2]
c.
Stratum
Granulosum
Terdiri dari sel
poligonal, inti terletak di tengah, dan
sitoplasma berisi butiran granula keratohialin. Lapisan ini menghalangi masuknya
benda asing, kuman dan bahan kimia ke dalam tubuh.
d.
Stratum
Spinosum (Lapisan Malpighi)
Lapisan ini
untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, sehingga harus tebal dan terdapat
di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti
tumit dan pangkal telapak kaki.
e.
Stratum
Germinativum ( Basale)
Stratum
germinativum merupakan lapisan yang paling dasar, yaitu daerah mitosis sel yang
aktif. terdiri dari satu lapisan tunggal sel-sel kubis yang bertumpu pada
membrane dasar.[3]
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit,
batas antara dermis dan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah
bawah berbatasan dengan sub kutis. Lapisan dermis lebih tebal daripada
epidermis, ketebalannya bervariasi dari sekitar 0,5 mm pada kelopak mata dan
prepusium , sampai sekitar 2,5 mm pada abdomen dan punggung, yang rata-rata
1-2mm. Umumnya, dermis lebih tipis pada permukaan ventral dari pada dorsal dan
lebih tipis pada wanita dari pada pria.[4]
Lapisan dermis elastis dan tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung
syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar Sebasea, folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang
juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis. Dermis tersusun
atas 2 lapisan:
a.
Stratum
Papillare
Terdiri dari
jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut yaitu, serabut
kolagen, serabut elastis, serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan
masing-masing mempunyai tugas yang berbeda : Serabut kolagen,
untuk memberikan kekuatan kepada kulit, Serabut elastic, untuk memberikan
kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama disekitar kelenjar dan
folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
b.
Stratum
Retikulare
Mengandung
jaringan pengikat rapat dan serat kolagen. Dalam lapisan ini ditemukan sel-sel
fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung
rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
3. Hipodermis
Hipodermis (lapisan
subkutaneus) terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdapat lembaran-lembaran
sel lemak di dalam lapisannya, misalnya
dalam jaringan tumit dan jaringan dada.[5] Lemak berfungsi sebagai
cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh.
Lapisan hipodermis ini terdiri dari kumpulan sel-sel
lemak yang bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir sehingga
membentuk seperti cincin.
C. Kelenjar-kelenjar Kulit
1. Kelenjar
Lendir (Mukus)
Kelenjar
lendir dapat dijumpai pada pisces dan amphibi. Kebanyakan kelenjar lendir pada
ikan bersel tunggal. Lendir membuat suatu lapisan pelindung di permukaan tubuh
yang berperan untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air, serta menghalau
mikroorganisme, oleh karena itu lendir
selalu ditanggalkan dan dibuat baru. Kelenjar lendir pada amphibia bersifat
multiseluler dengan bagian sekretorinya terbenam di dalam dermis. Selain itu
terdapat pula kelenjar bisa yang disebut kelenjar serous. Kelenjar ini menghasilkan zat-zat toksik untuk menghalau
lawannya.
2.
Kelenjar Bau
Kelenjar ini
terdapat misalnya pada kaki kambing, rodentia, karnivora. Pada sigung (skunk)
terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular terdapat di dekat
kloaka. Fungsi kelenjar bau adalah untuk komunikasi intraspesies, seperti
membatasi teritori, untuk menarik pasangan, atau untuk pertahanan.
3.
Kelenjar Minyak
Kelenjar ini
terbatas terdapat pada mammalia dan biasanya berhubungan dengan rambut. Fungsi
kelenjar minyak adalah menggetahkan sebum yang berguna untuk melumasi rambut
dan lapisan tanduk kulit. Modifikasi kelenjar minyak berupa kelenjar serumen
yang terdapat pada telinga luar mammalia. Selain itu, kelenjar tarsal pada
kelopak mata sebelah dalam dan kelenjar meiboom pada sudut-sudut mata juga
merupakan modifikasi kelenjar minyak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan
minyakyang menutupi kornea dan berfungsi sebagai pelumas.
4. Kelenjar Keringat
Kelenjar ini hanya terdapat pada mamalia.
Pada manusia, kelenjar keringat tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan
pada mamalia lainnya penyebarannya lebih terbatas, misalnya di daerah telinga,
bibir, kepala, punggung, jari kaki, telapak kaki, sekitar anus, dan kelenjar
susu. Sekret kelenjar keringat bersifat seperti air serta mengandung
garam-garam dan urea. Komposisi secret tersebut berubah-ubah menurut keadaan
metabolik hewannya. Evaporasi keringat menyebabkan penyejukan, sehingga
membantu memelihara suhu tubuh yang konstan. Kelenjar keringan dibedakan
menjadi 2 macam:
Ø
kelenjar
Keringat Ekrin, tersebar diseluruh kulit tubuh
kecuali kulit pembungkus penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan,
telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar
berbatasan pada kulit ari dan kulit jangat.[6]
Ø
Kelenjar
Keringat apokrin, Kelenjar keringat yang
besar hanya terdapat pada ketiak, putting susu, kulit sekitar kelamin dan
dubur.
5. Kelenjar Glandula Mamae
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya
dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat.
Kelenjar susu terbentuk sepanjang garis susu, yang terentang dari ketiak sampai
lipat paha. Berdasarkan wilayah-wilayah di mana kelenjar susu tumbuh, dapat
dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak (dada), abdominal (perut), dan
inguinal (lipat paha).
D. Derivat
Integumen
1. Rambut
Rambut
terdiri dari benang-benang bertanduk yang berasal dari epidermis. Mereka
terdapat dalam lubang sumuran yang meluas sampai berbagai kedalaman dalam
epidermis. rambut terdiri dari suatu batang, bagian yang menonjol keatas
permukaan, dan sebuah akar, yang terbenam dalam kulit. Rambut memiliki susunan,
Shaft (rambut di permukaan kulit), akar (rambut yang terrtanam di bawah kulit), Folikel (pori-pori kulit yang dilalui
rambut),
Papilla (ujung yang bertumbuh), Medulla (Bagian tengah yang berlubang seperti
selang), korteks (bagian utama dari rambut), kutikula (lapisan keras), Kelenjar
minyak, Otot berekor (membuat rambut bisa berdiri), pembuluh saraf dan saraf. Rambut terdiri atas 3 lapisan epitel, yaitu medulla,
korteks dan kutikula.
Folikel
rambut terdiri atas:
a. Seludang
akar epitel dalam, terdiri dari kutikula, lapisan Huxley, henle.
b. Seludang
akar epitel luar yang berasal dari epidermis, merupakan perpanjangan lapisan
malpighi (stratum basale dan spinosum)
c. Selubung jaringan penyambung berasal dari dermis, yaitu:
Selubung dalam (membran
hialin sempit, menempel pada sel-sel silindris selubung luar), Selubung tengah (serat jaringan penyambung halus yang
tersusun dalam jaringan), dan selubung
atas (berfungsi mengangkut rambut dalam epidermis.)
2.
Bulu
Bulu adalah suatu struktur
epidermis yang membentuk penutup luar, contohnya pada burung. Bulu adalah satu ciri utama yang membedakan
Kelas Aves dari yang lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang
secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, pada reptile serupa dengan
sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya
mencuat menutupi epidermis.[7]
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedangkan epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada
perkembangan selanjutnya. Berdasarkan susunan anatomisnya bulu dibedakan menjadi:
Ø
Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh.
Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan
tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Ø
Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan
perbedaan detail.
Ø
Plumae, Bulu yang sempurna.
Ø
Barbulae, ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Lubang pada pangkal calamus
disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut
umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile,
sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves
dibedakan menjadi :
Ø
Tectrices, bulu yang menutupi badan.
Ø
Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan
berfungsi sebagai kemudi.
Ø
Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi: Remiges Primarie, Remiges Secundarien, Remiges Tertier.
Ø
Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
Ø
Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari.
3.
Kuku
Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat
atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati,
mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari
pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah
melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya
sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari
keratin protein yang kaya akan sulfur. Terdiri dari sel tanduk yang mengalami
modifikasi yang bersatu dengan kuat. Pada bagian proksimal kuku terbentuk dalam
matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel Prickle yang mengalami modifikasi
dimana kuku melekat dengan kuat. Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan
sebagian dari pigmen dalam epidermis, terutama melanin. Sebagai penutup bagian
luar maka selain sebagai protektif ia juga bertindak sebagai barier terhadap
infeksi, ketahanan jaringan (pelindung di bawahnya), sebagai insulator dan suhu
tubuh.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak
pembuluh kapiler yang memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna
kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari
tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
4.
Sisik (Squama)
Berdasarkan bentuk dan bahan yang
terkandung di dalamnya, sisik dapat dibedakan menjadi :
a.
Sisik
Placoid, jenis sisik ini karakteristik bagi golongan
ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga
mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari
keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian
yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. contohnya: sisik
pada ikan hiu.
b.
Sisik Cosmoid, Sisik
ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan
primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii
dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang
berturut-turut dari
luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel,
kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular,
terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang.
Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah,
sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup
permukaan.
Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .
c.
Sisik
Ganoid, Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei)
dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan
terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik,
kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah
isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan
bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae,
Acipenceridae dan Polyodontidae.
d.
Sisik Cyloid dan Ctenoid, Sisik ini ditemukan pada golongan ikan
teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii)
dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara
sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus
yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada
tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau
enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan
transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di
dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan
dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah
bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan
(anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen
(chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan
tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada
bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus
merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di
tengah-tengah sisik.
|
Sisik tidak hanya terdapat pada ikan, tubuh reptil umumnya juga tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka
bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae
yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya
sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran
besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi
lapisan kulit luar (epidermis)
yang mengeras oleh zat tanduk,
dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang
dikenal sebagai osteoderm
.
5.
Sirip (Pinnae)
Setiap sirip disusun oleh selaput yang
terdiri atas jaringan lunak yang disebut membran dan rangka, yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang
rawan (cartilago) yang disebut jari-jari sirip atau radialia. Ada radialia yang
bercabang dan ada juga yang tidak, tergantung pada jenisnya. Radialia ini
bersendi pada suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia
berhubungan langsung dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada
spina neuralis ataupada spina haemalis. Sebaliknya,pada sirip yang lain,
basalia bersendi padatulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis,
basalia berhubunganlangsung dengan spina vertebra caudalis. Jari-jari sirip
pada ikan dapat dibedakan atas:
a. Jari-jari
keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku buku.
Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil.
b. Jari-jari
lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku, nampak
transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya.
c. Jari-jari
lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari
lemah,
tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan.
6.
Tanduk
Tanduk adalah proyeksi yang berasal
dari kepala yang lebat dari kulit keras. Tanduk banyak mengandung keratin di
dalamnya, yaitu protein yang terdapat di rambut dan kuku manusia. Tersusun atas dua
komponen utama, yaitu cangkang atas (carapace) dan dasar (Plastron) yang
dihubungkan oleh tulang Ridges. Tulang cangkang terdiri dari gabungan tulang
iga dan vertebrata. Sedangkan plastron terdiri dari tulang abdominal dan
clavicle. Tanduk
dibagi atas tiga macam:
a. Tanduk kosong (Hollow Horn)/ True
Horn), terdapat seludang tanduk yang meliputi suatu sumbu tulang, tidak pernah
dilepaskan dan yidak pernah bercabang. Terdapat pada jantan dan betina.
b. Tanduk Rambut,
berasal dari rambvut yang berfusi. Contoh: Cula Badak. Cula tidak bercabang dan
tidak bisa dilepas.
c. Rangga
(Antler), tanduk tajam dan bercabang-cabang, seperti tanduk Rusa yang dapat dilepaskan,
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
2. Struktur lapisan kulit di bagi 3,
yaitu: Epidermis (meliputi: Stratum Korneum, Stratum lusidum, Stratum
granulosum, Stratum germinativum, Stratum spinosum), Dermis (meiputi: stratum
papilare dan stratum retikulare) dan hypodermis.
3. Kelenjar- kelenjar pada kulit
dibedakan dalam: kelenjar lendir (mucus), kelenjar bau, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar glandula mamae.
4. Derivat integument pada hewan di
bedakan ke dalam beberapa bagian, yaitu : rambut, bulu, kuku, sisik, sirip dan
tanduk.
B.
Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca
disarankan agar dapat mengambil manfaat dan ilmu tentang sistem integument. Penulis
menyadari bahwa materi yang penulis jelaskan masih terdapat banyak kekurangan.
Sehingga untuk mengetahui lebih luas tentang ilmu struktur hewan( sistem
integument), pembaca dapat memperoleh dari berbagai sumber lainnya, seperti
buku, jurnal ataupun internet.
DAFTAR
PUSTAKA
Finn, Genesser, Buku Teks Histologi, Jakarta: Binarupa
Aksara, 1994
Gerrit,
Bevelander, Dasar-dasar Histologi,
Jakarta: Erlangga, 1988
Syaifuddin, Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa
keperawatan, Jakarta: Salemba Medika,
2011.
Subowo, Histologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara , 2002