Formulir Kontak

 

Makalah Sistem Integumen


BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
         Tubuh manusia mempunyai berbagai cara untuk melakukan proteksi. Pertahanan pertama adalah barier mekanik, seperti kulit yang menutupi permukaan tubuh. Kulit termasuk lapisan epidermis, stratum korneum, keratinosit dan lapisan basal bersifat  sebagai barier yang penting, mencegah mikroorganisme dan agen perusak potensial lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Misalnya asam laktat dan substansi lain dalam keringat mengatur pH permukaan epidermis dalam suasana asam yang membantu mencegah kolonisasi oleh bakteri dan organisme lain. Terdapat berbagai infeksi pada anak disertai dengan kelainan (tanda) pada kulit.
         kulit sangat penting, kulit adalah organ tubuh terbesar, yang merupakan 15 % berat tubuh atau sekitar 10 kg pada orang dewasa, dengan luas permukaan 1,5-2m2. kulit memiliki berbagai macam fungsi. Kulit memilki barier terhadap invasi mikroorganisme dan mempunyai efek sebagai pelindung terhadap rangsangan mekanis, rangsangan termis dan rangsangan osmotic. Kulit juga sangat penting dalam mengatur suhu tubuh dan mempertahankan keseimbangan cairan kulit dan memiliki kemampuan untuk ekresi serta absorsi.[1]
         Pada beberapa kasus kelainan kulit dapat merupakan tanda penting penyebab infeksi yang merupakan indikator bermakna adanya infeksi yang mendasarinya. Walaupun kebanyakan penyakit eksantema pada anak bersifat ringan, diagnosis banding penting sekali oleh karena beberapa infeksi pada anak yang fatal sering mempunyai kelainan (tanda) pada kulit sebagai manifestasi awal. Dermis dengan kolagen dan elastin memberikan dukungan dan pencegahan banyak elemen seperti saraf, pembuluh darah, dan lain-lain sedangkan subkutis merupakan insolator panas dan persediaan kalori. Kekurangan kolagen akan memudahkan terjadinya edema, terutama pada bayi prematur.
        
B.           Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem Integumen?
2.      Apa saja pembagian stuktur lapisan kulit?
3.      Apa saja pembagian kelenjar kulit?
4.      Apa saja pembagian derivate integumen?

C.          Tujuan Penulisan
1.      Agar mengetahui arti dari sistem integument.
2.      Agar dapat membedakan struktur lapisan kulit.
3.      Agar dapat mengetahui pembagian dari kelenjar kulit.
4.      Agar mengetahui macam-macam derivate integumen

        

BAB II
PEMBAHASAN
A.          Pengertian Sistem Integumen
         Integumen  berasal dari bahasa Latin "integumentum" yang berarti "penutup". Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Integumen adalah  suatu sistem yang sangat bervariasi. Pada sistem ini terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya.
Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivat integumen yaitu struktur tertentu yang secara embriogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet.
Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya ikan, maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain : pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya.
Kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu. Beberapa alat lain yang terdapat dalam kulit sebagai alat untuk mempertahankan diri ataupun menyerang mangsa adalah kelenjar racun, pewarnaan, sumber cahaya, kelenjar mucus (lendir) yang membuat tubuhnya licin dan menghasilkan bau khas sebagai alat komunikasi kimiawi.
  
1.      Fungsi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi (perlindungan), absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
a.          Kulit sebagai pelindung
         Kulit memiliki lapisan yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari tiap bagian lapisan kulit terdalam sampai luar, seperti:
Ø      Sel keratin berfungsi melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
Ø      Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
Ø      Sebum yang berminyak yang berasal dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi untuk membunuh bakteri di permukaan kulit.
Ø      Pigmen melanin yang berfungsi untuk melindungi kulit efek dari sinar UV yang berbahaya.
b.      Sebagai tempat eksteroreseptor, pada bagian dermis kulit terdapat reseptor berupa akhiran saraf bebas atau badan-badan sensoris yang dapat menerima berbagai macam rangsang dari lingkungan eksternal.
c.                Sebagai alat ekskretori, pada kulit banyak terdapat kelenjer-kelenjer keringat dan kelenjer-kelenjer lemak yang berfungsi membantu membuang sisa-sisa hasil metabolism baik berupa air, lipida atau garam-garam keluar tubuh.
d.      Sebagai alat respirasi atau alat pernafasan, terutama pada hewan-hewan akuantik dengan struktur kulit yang tipis selalu basah dan sangat vaskuler. Kondisi kulit seperti ini sangat kondusif untuk proses difusi gas O2 yang terlarut dalam air masuk ke kapiler-kapiler darah dipermukaan kulit tubuh.
e.                Sebagai alat nutrisi dan cadangan makanan, yaitu terdapat kelenjer mammae (kelenjer susu) yang digunakan oleh mamalia untuk nutrisi bagi hewan muda atau yang baru lahir. Dan kulit tempat penyimpanan cadangan makanan (energi), yang berupa lemak.
f.                Sebagai alat gerak, pada hewan vofitan/arboreal seperti burung, kelelawar, cecak terbang dll, derivate kulit dipakai sebagai alat terbang yang sangat penting.

  1. Struktur Lapisan Kulit
1.      Epidermis
      Epidermis (kulit ari) adalah lapisan paling luar yang terdiri dari lapisan epitel gepeng yang unsur utamanya adalah sel-sel tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis ini akan terkelupas atau gugur. Lapisan ini terus tumbuh karena lapisan sel induk yang berada di bawahnya terus bermitosis. Epidermis terdiri dari lima lapisan:


a.      Stratum Korneum (Lapisan tanduk)
      merupakan lapisan epidermis terluar yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti, protoplasma telah berubah menjadi  keratin (zat tanduk) sel yang mati akan  lalu terkelupas dari tubuh dan digantikan oleh sel yang lain. Lapisan tanduk ini lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan luar, terutama pada tangan dan kaki.
b.      Stratum Lusidum
Terletak dibawah stratum Korneum  yang terdiri atas beberapa baris sel gepeng tidak bernukleus yang mengandung kerathohialin. lapisan ini terdapatb dalam kulit telapak kaki dan telapak tangan.[2]
c.       Stratum Granulosum
Terdiri dari sel poligonal, inti terletak  di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin. Lapisan ini menghalangi masuknya benda asing, kuman dan bahan kimia ke dalam tubuh.

d.      Stratum Spinosum (Lapisan Malpighi)
Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, sehingga harus tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki.
e.       Stratum Germinativum ( Basale)
Stratum germinativum merupakan lapisan yang paling dasar, yaitu daerah mitosis sel yang aktif. terdiri dari satu lapisan tunggal sel-sel kubis yang bertumpu pada membrane dasar.[3]
2.      Dermis
      Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas antara dermis dan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan sub kutis. Lapisan dermis lebih tebal daripada epidermis, ketebalannya bervariasi dari sekitar 0,5 mm pada kelopak mata dan prepusium , sampai sekitar 2,5 mm pada abdomen dan punggung, yang rata-rata 1-2mm. Umumnya, dermis lebih tipis pada permukaan ventral dari pada dorsal dan lebih tipis pada wanita dari pada pria.[4] Lapisan dermis elastis dan tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar Sebasea, folikel  jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis. Dermis tersusun atas 2 lapisan:
a.      Stratum Papillare
Terdiri dari jaringan ikat longgar yang tersusun dari serabut-serabut yaitu, serabut kolagen, serabut elastis, serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda : Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, Serabut elastic, untuk memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama disekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
b.      Stratum Retikulare
Mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen. Dalam lapisan ini ditemukan sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
3.      Hipodermis
      Hipodermis (lapisan subkutaneus) terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdapat lembaran-lembaran sel lemak  di dalam lapisannya, misalnya dalam jaringan tumit dan jaringan dada.[5] Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh. Lapisan hipodermis ini terdiri dari kumpulan sel-sel lemak yang bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir sehingga membentuk seperti cincin.


C.    Kelenjar-kelenjar Kulit
1.      Kelenjar Lendir (Mukus)
      Kelenjar lendir dapat dijumpai pada pisces dan amphibi. Kebanyakan kelenjar lendir pada ikan bersel tunggal. Lendir membuat suatu lapisan pelindung di permukaan tubuh yang berperan untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air, serta menghalau mikroorganisme,  oleh karena itu lendir selalu ditanggalkan dan dibuat baru. Kelenjar lendir pada amphibia bersifat multiseluler dengan bagian sekretorinya terbenam di dalam dermis. Selain itu terdapat pula kelenjar bisa yang disebut kelenjar serous. Kelenjar ini menghasilkan zat-zat toksik untuk menghalau lawannya.
2.      Kelenjar Bau
      Kelenjar ini terdapat misalnya pada kaki kambing, rodentia, karnivora. Pada sigung (skunk) terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular terdapat di dekat kloaka. Fungsi kelenjar bau adalah untuk komunikasi intraspesies, seperti membatasi teritori, untuk menarik pasangan, atau untuk pertahanan.
3.      Kelenjar Minyak
      Kelenjar ini terbatas terdapat pada mammalia dan biasanya berhubungan dengan rambut. Fungsi kelenjar minyak adalah menggetahkan sebum yang berguna untuk melumasi rambut dan lapisan tanduk kulit. Modifikasi kelenjar minyak berupa kelenjar serumen yang terdapat pada telinga luar mammalia. Selain itu, kelenjar tarsal pada kelopak mata sebelah dalam dan kelenjar meiboom pada sudut-sudut mata juga merupakan modifikasi kelenjar minyak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan minyakyang menutupi kornea dan berfungsi sebagai pelumas.
4.      Kelenjar Keringat
      Kelenjar ini hanya terdapat pada mamalia. Pada manusia, kelenjar keringat tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada mamalia lainnya penyebarannya lebih terbatas, misalnya di daerah telinga, bibir, kepala, punggung, jari kaki, telapak kaki, sekitar anus, dan kelenjar susu. Sekret kelenjar keringat bersifat seperti air serta mengandung garam-garam dan urea. Komposisi secret tersebut berubah-ubah menurut keadaan metabolik hewannya. Evaporasi keringat menyebabkan penyejukan, sehingga membantu memelihara suhu tubuh yang konstan. Kelenjar keringan dibedakan menjadi 2 macam:
Ø   kelenjar Keringat Ekrin, tersebar diseluruh kulit tubuh kecuali kulit pembungkus penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak kaki dan dahi.  Badan kelenjar berbatasan pada kulit ari dan kulit jangat.[6]
Ø   Kelenjar Keringat apokrin, Kelenjar keringat yang besar hanya terdapat pada ketiak, putting susu, kulit sekitar kelamin dan dubur.
5.      Kelenjar Glandula Mamae
      Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu terbentuk sepanjang garis susu, yang terentang dari ketiak sampai lipat paha. Berdasarkan wilayah-wilayah di mana kelenjar susu tumbuh, dapat dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak (dada), abdominal (perut), dan inguinal (lipat paha).
D.    Derivat Integumen
1.      Rambut
      Rambut terdiri dari benang-benang bertanduk yang berasal dari epidermis. Mereka terdapat dalam lubang sumuran yang meluas sampai berbagai kedalaman dalam epidermis. rambut terdiri dari suatu batang, bagian yang menonjol keatas permukaan, dan sebuah akar, yang terbenam dalam kulit. Rambut memiliki susunan, Shaft (rambut di permukaan kulit), akar (rambut yang terrtanam di bawah kulit),  Folikel (pori-pori kulit yang dilalui rambut), Papilla (ujung yang bertumbuh),  Medulla (Bagian tengah yang berlubang seperti selang), korteks (bagian utama dari rambut), kutikula (lapisan keras), Kelenjar minyak, Otot berekor (membuat rambut bisa berdiri), pembuluh saraf dan saraf. Rambut terdiri atas 3 lapisan epitel, yaitu medulla, korteks dan kutikula. Folikel rambut terdiri atas:
a.       Seludang akar epitel dalam, terdiri dari kutikula, lapisan Huxley, henle.
b.      Seludang akar epitel luar yang berasal dari epidermis, merupakan perpanjangan lapisan malpighi (stratum basale dan spinosum)
c.       Selubung jaringan penyambung berasal dari dermis, yaitu: Selubung dalam (membran hialin sempit, menempel pada sel-sel silindris selubung luar), Selubung tengah (serat jaringan penyambung halus yang tersusun dalam jaringan), dan selubung atas (berfungsi mengangkut rambut dalam epidermis.)

2.      Bulu
      Bulu adalah suatu struktur epidermis yang membentuk penutup luar, contohnya pada burung. Bulu adalah satu ciri utama yang membedakan Kelas Aves dari yang lain.  Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.[7] Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedangkan epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya. Berdasarkan susunan anatomisnya bulu dibedakan menjadi:
Ø   Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
Ø   Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
Ø   Plumae, Bulu yang sempurna.
Ø   Barbulae, ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
      Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi :
Ø   Tectrices, bulu yang menutupi badan.
Ø   Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
Ø   Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi: Remiges Primarie, Remiges Secundarien, Remiges Tertier.
Ø   Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
Ø   Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari.
3.      Kuku
      Kuku adalah bagian tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur. Terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat. Pada bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel Prickle yang mengalami modifikasi dimana kuku melekat dengan kuat. Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis, terutama melanin. Sebagai penutup bagian luar maka selain sebagai protektif ia juga bertindak sebagai barier terhadap infeksi, ketahanan jaringan (pelindung di bawahnya), sebagai insulator dan suhu tubuh.

      Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
4.      Sisik (Squama)
      Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik dapat dibedakan menjadi :
a.       Sisik Placoid, jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. contohnya: sisik pada ikan hiu.

b.      Sisik Cosmoid,  Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup permukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .

c.       Sisik Ganoid, Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.

d.      Sisik Cyloid dan Ctenoid, Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.




     
      Sisik tidak hanya terdapat pada ikan, tubuh reptil umumnya juga tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm

.
5.      Sirip (Pinnae)
      Setiap sirip disusun oleh selaput yang terdiri atas jaringan lunak yang disebut membran dan rangka,  yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan (cartilago) yang disebut jari-jari sirip atau radialia. Ada radialia yang bercabang dan ada juga yang tidak, tergantung pada jenisnya. Radialia ini bersendi pada suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis ataupada spina haemalis. Sebaliknya,pada sirip yang lain, basalia bersendi padatulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubunganlangsung dengan spina vertebra caudalis. Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas:
a.       Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku buku. Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil.
b.      Jari-jari lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya.
c.       Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari
      lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan.
6.      Tanduk
      Tanduk adalah proyeksi yang berasal dari kepala yang lebat dari kulit keras. Tanduk banyak mengandung keratin di dalamnya, yaitu protein yang terdapat di rambut dan kuku manusia. Tersusun atas dua komponen utama, yaitu cangkang atas (carapace) dan dasar (Plastron) yang dihubungkan oleh tulang Ridges. Tulang cangkang terdiri dari gabungan tulang iga dan vertebrata. Sedangkan plastron terdiri dari tulang abdominal dan clavicle. Tanduk dibagi atas tiga macam:
a.       Tanduk kosong (Hollow Horn)/ True Horn), terdapat seludang tanduk yang meliputi suatu sumbu tulang, tidak pernah dilepaskan dan yidak pernah bercabang. Terdapat pada jantan dan betina.
b.      Tanduk Rambut, berasal dari rambvut yang berfusi. Contoh: Cula Badak. Cula tidak bercabang dan tidak bisa dilepas.
c.       Rangga (Antler), tanduk tajam dan bercabang-cabang, seperti tanduk Rusa yang  dapat dilepaskan,



BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
1.      Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
2.      Struktur lapisan kulit di bagi 3, yaitu: Epidermis (meliputi: Stratum Korneum, Stratum lusidum, Stratum granulosum, Stratum germinativum, Stratum spinosum), Dermis (meiputi: stratum papilare dan stratum retikulare) dan hypodermis.
3.      Kelenjar- kelenjar pada kulit dibedakan dalam: kelenjar lendir (mucus), kelenjar bau, kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar glandula mamae.
4.      Derivat integument pada hewan di bedakan ke dalam beberapa bagian, yaitu : rambut, bulu, kuku, sisik, sirip dan tanduk.

B.           Saran
            Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat mengambil manfaat dan ilmu tentang sistem integument. Penulis menyadari bahwa materi yang penulis jelaskan masih terdapat banyak kekurangan. Sehingga untuk mengetahui lebih luas tentang ilmu struktur hewan( sistem integument), pembaca dapat memperoleh dari berbagai sumber lainnya, seperti buku, jurnal ataupun internet.

                

DAFTAR PUSTAKA

Finn, Genesser, Buku Teks Histologi, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994
Gerrit, Bevelander, Dasar-dasar Histologi, Jakarta: Erlangga, 1988
Syaifuddin, Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan, Jakarta: Salemba       Medika, 2011.
Subowo,  Histologi Umum,  Jakarta: Bumi Aksara , 2002








                [1] Finn, Genesser, Buku Teks Histologi, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994. Hlm . 56
                [2] Gerrit, Bevelander, Dasar-dasar Histologi, Jakarta: Erlangga, 1988. Hlm. 206
                [3] Opcit… Hlm. 210
                [4] Finn, Genesser, Buku Teks Histologi, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994. Hlm 75
                [5] Gerrit, Bevelander, Dasar-dasar Histologi, Jakarta: Erlangga, 1988. Hlm. 210
                [6]  Syaifuddin, Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan, Jakarta: Salemba Medika, 2011. Hlm. 398
                [7] Ibid… Hlm. 89

Total comment

Author

AHLUL NAZAR

0   komentar

Cancel Reply