BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1
Pertumbuhan
Di dalam seluruh jangka kehidupan manusia, semenjak dalam kandungan sampai
meninggal di dalamnya terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan dalam
dirinya.
Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan dua istilah yang senantiasa digunakan secara bergantian.
Keduanya tidak bisa dipisah-pisah, akan tetapi saling bergantung satu dengan
lainnya bahkan bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang bersifat Kuantitatif yang menyangkut aspek fisik
jasmaniah seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada organ-organ dan
struktur organ fisik, sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin besar dan
semakin tinggi pula badannya.
Hasil
pertumbuhan antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti
berat, panjang, dan kekuatannya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup
perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan saraf dan
perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan
dapat diartikan sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
Pertumbuhan
jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk menjadi besar.
Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan mengukur berat, panjang, dan
lingkaran seperti lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan
dan lain-lain. Dalam pertumbuhannya, setiap bagian tubuh mempunyai perbedaan
tempo kecepatan. Misalnya, pertumbuhan alat kelamin berlangsung paling lambat
pada masa anak-anak tetapi mengalami percepatan pada masa pubertas. Sebaliknya,
pertumbuhan susunan saraf pusat berlangsung pada akhir masa anak-anak dan
berhenti pada masa pubertas. Perbedaan kecepatan masing-masing bagian tubuh
mengakibatkan adanya perbedaan keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbulkan
perbedaan dalam fungsinya.
2.1.2
Perkembangan
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner pada tahun 1957[1]yang menjelaskan bahwa "perkembangan sejalan dengan
prinsip orthogenetis, berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdeferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap". Dapat dikata konsep perkembangan itu
mengandung unsur keseluruhan (totalitas) dan berkesinambungan yang berlangsung
secara bertahap. Selanjutnya Libert, Paulus dan Stauss[2]merumuskan
arti perkembangan yaitu: "perkembangan adalah proses perubahan dalam
pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan
lingkungan". Selain itu perkembangan proses perubahan akibat dari
pengalaman. Istilah perkembangan dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai
gejala-gejala psikologis yang menampak.
Perkembangan secara khusus diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang bersifat Kualitatif dan Kuantitatif yang menyangkut
aspek-aspek mental psikologis manusia, Seperti perubahan-perubahan yang
berkaitan dengan aspek pengetahuan, kemampuan, sifat sosial, moral, keyakinan
agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dengan perkembangan tersebut si anak
akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuannya, juga semakin baik
sifat sosial, moral, keyakinan agama dan sebagainya.[3]
Perubahan dalam
perkembangan bertujuan untuk memperoleh penyesuaian diri terhadap lingkungan di
mana ia hidup. Untuk mencapai tujuan maka realisasi diri “aktualisasi
diri” sangat penting perannya. Realiasasi diri memainkan peran penting dalam
kesehatan mental, maka seseorang yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik
secara pribadi dan sosial harus mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan minat
dan keinginannya dengan cara memuaskan dirinya. Tetapi pada saat yang
sama harus menyesuaikan dengan standar-standar yang diterima. Kurangnya
kesempatan berdampak pada kekecewaan dan sikap-sikap negatif terhadap orang
lain dan bahkan terhadap kehidupan pada umumnya.
Perubahan-perubahan baik fisiologis maupun psikologis tidak semua orang menyadarinya,
kecuali terjadinya perubahan itu secara mendadak, cepat, dan mempengaruhi
pola kehidupan mereka. Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu, karena
kepribadian individu membentuk suatu kesatuan yang terintegrasi. Secara sederhana
aspek utama kepribadian dapat dibedakan sebagai berikut: aspek fisik motorik,
aspek intelektual, aspek sosial, aspek bahasa, aspek emosi, aspek moral, dan
aspek keagamaan.[4]
2.2 Ciri-ciri pertumbuhan dan
perkembangan
2.2.1 Pertumbuhan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Dalam
pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar
dada, dan lain- lain.
2. Dalam
pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi
fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa.
3. Pada
pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang ada selama
masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau
hilangnya refleks-refleks tertentu.
4. Dalam
pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses
kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada.
2.2.2
Perkembangan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Perkembangan
selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari perubahan fungsi,
seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat
kelamin.
2. Perkembangan
memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu perkembangan dapat terjadi
dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian
distal.
3. Perkembangan
memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan melakukan hal yang
sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang sempurna.
4. Perkembangan
setiap individu memiliki kecepatan pencapaian perkembangan yang berbeda.
5.
Perkembangan dapat menentukan
pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan perkembangan harus
melewati tahap demi tahap.
Sejak- awal tahun 1980-an semakin
diakuinya pengaruh keturunan (genetik) terhadap perbedaan individu. Berdasarkan
data yang diperoleh dari penelitian perilaku genetik yang mendukung, pentingnya
pengaruh keturunan menunjukkan tentang pentingnya pengaruh lingkungan. Perilaku
yang kompleks yang menarik minat para ahli psikologi (misalnya temperamen,
kecerdasan dan kepribadian) mendapat pengaruh yang sama kuatnya baik dari
faktor-faktor lingkungan maupun keturunan (genetik).
Aspek apa sajakah yang mempengaruhi
faktor genetik? Menurut Santrok (1992), banyak aspek yang dipengaruhi Faktor
genetik. Para ahli genetik menaruh minat yang sangat besar untuk mengetahui
dengan pasti tentang variasi karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor
genetik. Kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek-yang paling banyak
ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.
a.
Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan
perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang, dan prosesnya terjadi
sejak manusia belum lahir hingga ia dewasa. masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan
dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan
awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang
membentuk sistem yang lengkap.
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan
pertumbuhan sebelum lahir. Faktor-faktor sebelum lahir,
contohnya : peristiwa kekurangan nitrisi pada ibu dan janin, janin terkena
virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri
syphilis, terkena penyakit bagang, TBC, Kholera, Typhus, gondok, sakit gula dan
lain-lain. Faktor ketika lahir, contohnya: pendarahan
pada bagian kepala bayi, disebabkan oleh tekanan dari dinding rahim ibu sewaktu
ia dilahirkan. Dan oleh defak pada susunan syaraf pusat, karena kelahiran bayi
dengan bantuan tang.
Faktor sesudah lahir, contohnya pengalaman traumatik (luka-luka) pada
kepala, kepala bagian dalam terluka karena bayi terjatuh, kepala terpukul atau
mengalami serangan sinar matahari, infeksi pada otak atau selaput otak,
misalnya oleh penyakit cerebral meningitis, gabag, malaria tropika, dyptheria,
radang kuping bernanah, dan lain-lain. Kekurangan nutrisia atau zat makanan dan
gizi.[5]
Proses pertumbuhan fisik manusia
berlangsung sampai masa dewasa. selama tahun pertama dalam pertumbuhannya,
ukuran panjang badannya akan bertambah sekitar sepertiga dari panjang
badan semula dan berat badannya akan bertambah menjadi sekitar tiga kalinya.
Sejak lahir hingga dengan umur 25 tahun, perbandingan ukuran badan manusia,
dari pertumbuhan yang kurang proporsional pada awal terbentuknya manusia sampai dengan proporsi yang ideal dimasa
dewasa.
Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
prilaku anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik seorang anak akan
menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan
dan perkembangan fungsi fisik akan memepengaruhi bagaimana anak itu memandang
dirinya sendiri dan bagaimana ia memandang orang lain.
b.
Kecerdasan (Intelek)
Kecerdasan atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otak.
Pertumbuhan saraf yang telah matang akan diikuti oleh fungsinya dengan baik,
dan oleh karena itu seorang manusia akan juga mengalami perkembangan kemampuan
berpikirnya. Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwal kecerdasan
itu diwariskan (diturunkan). Ia juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya
hanya mempunyai peranan minim dalam kecerdasan.
Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan kecerdasan ini ditunjukkan pada
prilakunya, yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Tindakan itu telah
mendapatkan proses pertimbangan atau lebih dikenal dengan proses analisis,
evaluasi, sampai dengan kemanpuan menarik kesimpulan dan keputusan. Ketika
seseorang bisa melakukan peramalan atau perediksi, perencanaan dan berbagai
kemampuan analisis dan sintesis, hal ini dikenal dengan perkembangan kognitif.
c.
Temperamen (Emosi)
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh
manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia,
banyak hal yang dibutuhkannya. kebutuhan setiap orag dapat dibedakan menjadi
dua kelompok besar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Kebutuhan-kebutuhan itu ada yang primer yang harus segera dipenuhi kebutuhannya
dan kebutuhan sekunder yang pemenuhannya
dapat ditundakan. Jika kebutuhan primer tidak segera dipenuhi maka seseorang
akan merasa kecewa dan sebaliknya.
Temperamen adalah gaya-perilaku karakteristik individu dalam
merespons. Ahli-ahli perkembangan sangat tertarik mengenai temperamen bayi.
Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan
keras, sebagian lagi lebih tenang, sebagian anak menjelajahi lingkungannya
dengan giat pada waktu yang lama dan sebagian lagi tidak demikian.
Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau prilaku fisik,
seperti marah yang ditunjukkan dengan teriakan suara keras, atau tingkah laku
yang lainnya. Begitu pula sebaliknya seseorang yang gembira akan
melonjak-lonjak sambil tertawa lebar dan sebagainya.
d.
Sosial
Sejalan dengnan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan
seterusnya dan menjadi dewasa akan mengenal lingkungan yang luas dan mengenal
banyak manusia. Perkenalan dengan oranbg lain dimulai dengan mengenal ibunya,
kemudian mengenal ayahnya dan saudara-saudaranya dan akhirnya mengenal manusia
diluar keluarganya. Selanjutnya manusia yang dikenalnya semakin banyak dan amat
heterogen, namunp pada umumnya setiap anak akan lebih tertarik pada teman
sebayanya. Anak membentuk kelompok sebanya sebagai dunianya, memahami dunia
anak, dan kemudian dunia pergaulan yang lebih luas. Akhirnya manusia mengenal
kehidupan bersama, kemudian bermasyarakat atau berkehidupan social. Dalam
perkembangannya setiap manusia pada akhirnya mengetahui bahwa manusia itu
saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi.
e.
Bahasa
Fungsi bahasa adalah untuk komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi
dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang disekitarnya. Pengertian bahasa
sebagai alat komunikasi dapat diartikan tanda, gerak dan suara untuk
menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Bicara adalah bahasa suara, bahasa
lisan.
f.
Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus
yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit
latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Di dalam definisi bakat
yang dikemukakan Guilford (Sumadi; 1984), bakat mencakup tiga dimensi
yaitu: dimensi perceptual, dimensi psikomotor dan dimensi intelektual.
Seseorang yang emilki bakat akan lebih cepat dapat diamati, sebab kemampuan
yang dimiliki akan berkembang dengan pesat dan menonjol. Bakat khusus
merupakan salah satu kemampuan untuk bidang tertentu seperti dalam bidang seni,
olah raga ataupun keterampilan.
g.
Sikap, Nilai dan Moral
Bloom (Woolfolk dan Nicolich, 1984: 390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari
proses belajar kelompok menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaaan pengetahuan
(kognitif), penguasaaan nilai dan sikap (afektif) dan penguasaan psikomorik.
Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikis manusia, manusia mulai
dikenalkan terhadap nilai-nilai, ditunjukkan hal-hal yang boleh dan hal-hal
yang tidak boleh, yang harus dilakukan dan yang dilarang. Menurut Piaget,
pada awal pengenalan nilai dan prilaku seta tindakan iti masih bersifat
“paksaan”. Akan tetspi sejalan dengan perkembangan inteleknya berangsur-angsur
manusia mulai berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga dan
semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku di dalam
masyarakat dan Negara.
h.
Interaksi keturunan dan lingkungan
dalam perkembangan
Keturunan dnn lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan
individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat badan, minat yang khas.
Fungsi-fungsi
kepribadian tidak hanya berhubungan dengan aspek jasmaniah, tetapi juga terkait
dengan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian bersifat jasmaniah, misalnya
fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat indera,
fungsi motorik pada sistem syaraf dan lainnya. Sedangkan
fungsi-fungsi kepribadian yang
bersifat kejiwaan misalnya, fungsi perhatian, tanggapan, ingatan, fantasi,
pikiran perasaan dan kemauan. Setiap fungsi yang disebutkan, baik jasmaniah
maupun kejiwaan dapat mengalami perubahan. Baik fungsi fungsi jasmaniah
maupun kejiwaan, keduanya mempengaruhi sikap mental dan aktivitas belajar anak.
Perubahan fungsi fisiologis (jasmaniah) seperti otak dan sistem syaraf
menghasilkan pertumbuhan kapasitas intelektual atau kecakapan melakukan
sesuatu.[6]
1.
Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran
nativisme berpendapat bahwa, perkembangan individu itu semata-mata ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu
semata-mata tergantung kepada dasar. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer.
Para ahli yang mengikuti pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran
konsepsi ini dengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang
tua dengan anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik, maka kemungkinan besar,
anaknya juga akan menjadi ahli musik, atau ayahnya seorang pelukis, kemungkinan
besar anaknya juga akan menjadi pelukis, dan lainya. Pokoknya
keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki orangtua juga dimiliki anaknya.
2.
Empirisme
Para ahli yang mengikuti pendirian
emperisme mempunyai pendapat yang langsung bertentangan dengan pendapat aliran
nativisme. Kalau pengikut pengikut aliran nativisme berpendapat bahwa
perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor dasar, maka pengikut aliran
emperisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung kepada
faktor lingkungan, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh
utama aliran ini adalah John Locke.
3.
Konvergensi
Pendapat yang telah terdahulu, yang
sudah dikemukakan diatas tidak dapat dipertahankan keterangannya karena
kebanyakan tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi untuk mengatasi keberatsebelahan
itu ada faham konvergensi yang dirumuskan pertama kalinya oleh W.Stern. Faham
konvergensi ini berpendapat bahwa didalam perkembangan individu itu baik dasar
atau pembawaan maupun lingkungan, memainkan peran penting. Bakat sebagai
kemungkinan telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah
tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat
berkembang. Misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk
berdiri tegak di atas kedua kaki, akan tetapi bakat ini tidak akan
menjadi aktual (kenyataan) jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup
dalam lingkungan masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh
serigala tak akan berdiri tegak diatas kedua kakinya, mungkin dia akan berjalan
diatas tangan dan kakinya (jadi seperti serigala). Di samping bakat sebagai
kemungkinan yang harus dijawab dengan lingkugan yang sesuai, perlu pula
dipertimbangkan soal kematangan (readiness). Bakat yang sudah ada sebagai
kemungkinan kalau mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu kalau
dapat berkembang, terkecuali kalau bakat itu sudah matang. Misalanya saja anak
normal umur enam bulan, walaupun hidup ditengah tengah manusia-manusia lain,
tak akan dapat berjalan karena belum matang.[7]
2.3
Fase-Fase Pertumbuhan Dan
Perkembangan Manusia
[1] Sunarto dan Hartono, Ny. Agung. Perkembangan Peserta Didik.(Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdikbud,1994) hal :31
[2]
Singgih D.Gunarsa dan Ny. Singgih D.G.Psikologi
Remaja.(Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,1990)hal :31
[3] Drs.H.M.Alisuf sabri,psikologi
pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996) hal : 11
[4] Sukmadinata,
Nana Syaodah, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung: Remaja
Rosdakarya:2009)hal:114
[6] Ibid….hal 21
[7] Ibid….hal 121-122