BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan
proses pembelajaran diselenggarakan sebagai suatu usaha sadar dan terencana sebagai
suatu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat menjangkau
hasil pembelajaran, baik secara peningkatan dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotor dalam bentuk perubahan sikap dan prilaku. Sehingga setiap lembaga
pendidikan perlu dikelola oleh mereka yang memiliki kompetensi dalam membuat
desain atau pola pembelajaran, sehingga dapat dilakukan perubahan dan penyesuaian
dan adanya inovasi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
yang baik dan efektif adalah pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif,
edukatif, dan menyenangkan. Untuk terjadinya hal tersebut dibutuhkan pemilihan
strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran mengandung rentetan
aktivitas yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Desain
pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin,
sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain
pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta
proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian,
serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran
dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai
tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan
sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur
untuk meningkatkan mutu belajar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan strategi pembelajaran aktif ?
2. Apa
yang dimaksud dengan desain pembelajaran ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Agar
mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran efektif.
2. Agar
dapat memahami arti dan model-model desain pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Pembelajaran Efektif
1.
Pengertian
Strategi Pembelajaran Efektif
Strategi
Pembelajaran efektif berasal dari kata-kata yang memiliki arti tersendiri,
dalam konteks umum strategi pembelajaran
adalah pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam konteks KBK strategi pembelajaran adalah pola umum yang
berisi tentang seperangkat kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk
umum) agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal. Sedangkan efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ”effective” yang dapat diartikan
mempunyai efek (akibat, pengaruh, kesan) atau dapat pula diartikan membawa
hasil, berhasil guna. Selain itu efektif tidak hanya diorientasikan pada hasil
tetapi juga proses yang ada dalam mencapai tujuan tersebut. Jadi, strategi
pembelajaran efektif adalah suatu garis-garis besar tindakan pendidik- peserta
didik dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien.[1]
Menurut Nana Sudjana (1988), strategi pembelajaran aktif adalah “taktik” yang
digunakan guru dalam melksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar
dapat menangani siswa mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan
efisien. Sementara itu, (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya,
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.[2]
Pembelajaran
dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen, berfungsi
secara keseluruhan, peserta merasa tenang, puas dengan hasil pembelajaran,
membawa kesan, sarana dan prasarana yang memadai serta materi, metode dan media
yang sesuai serta guru yang professional. keberhasilan proses pembelajaran juga
banyak tertumpu pada sikap dan cara belajar siswa, baik perorangan maupun
kelompok, selain itu, tersedianya sumber belajar dengan memanfaatkan media
pembelajaran dengan tepat merupakan factor pendorong dan pemeliharaan kegiatan
belajar siswa yang produktif, efektif dan efisien.
2.
Cara Pembelajaran Efektif
Berikut
ini beberapa strategi belajar yang bias digunakan pendidik dalam proses belajar
mengajar untuk mengaktifkan para peserta didik.
Pertama, Strategi mengaktifkan kelompok. proses belajar akan lebih
efektif jika guru mengkoordinasikan agar setiap sisiwa terlibat secara aktif
dan terjalin hubungan yang dinamis dan saling mendukung antara satu dengan yang
lain. berikut ini beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan
pendidik untuk mengaktifkan siswa secara
kolektif.
Ø Tim Pendengar (Listening Team)
3.
Ciri-Ciri Pembelajaran Efektif
Dikatakan pembelajaran efektif, jika
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indicator
pencapaian. pembelajaran efektif dapat diketahui dengan ciri:
Ø Belajar
secara efektif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan
mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara
fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta, dan lain-lain.
Ø Metode
yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi
hidup.
Ø Motivasi
guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi guru akan
mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
Ø Suasana
demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling
menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberikan
kesempatan kepada siswa unyuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
Ø Pelajaran
di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
Ø Interaksi
belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari, sehingga
menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya
diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
Ø Pemberian
remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor
penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan, jika diperlukan.
Ada beberapa istilah yang hampir
sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik atau taktik dalam
pembelajaran.
Ø Metode,
adalah upaya untuk melaksanakan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan dapat tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk kepada sebuah
perencanaan untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan metode adalah cara
yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu
strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
Ø Pendekatan,
adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung
dari pendekatan itu sendiri.
Ø Teknik,
adalah cara yang dilakukan dalam rangka mengaplikasikan suatu metode. Misalnya,
cara yang harus dilakukan agar metode diskusi berjalan efektif dan efisien.
Ø Taktik,
adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Taktik sifatnya lebih individual, walaupun dua orang yang sama-sama menggunakan
metode ceramah dalam situasi dan kondisi yang sama, sudah pasti mereka akan
melakukannya berbeda, misalnya dalam taktik menggunakan gaya bahasa agar materi
yang disampaikan mudah dipahami.
B.
Desain
Pembelajaran
1.
Pengertian
Desain pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan
fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai
mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain
pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem
pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.[3]
Desain
pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar
serta sistem penyampaiannya, termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan
kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya.
Menurut
Syaiful Sagala desain pembelajaran adalah pengembangan pengajaran secara
sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin
kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan
perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran
yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.[4]
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah
praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat
terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.
Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis media untuk
membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasarkan pada informasi dari teori belajar yang sudah
teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru,
atau dalam latar berbasis komunitas.
2. Komponen
Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain
pembelajaran adalah:
a.
Pembelajar (pihak yang
menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan
awal dan pra syarat.
b.
Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah
penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
c.
Analisis Pembelajaran,
merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari.
d.
Strategi Pembelajaran,
dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu
kegiatan belajar mengajar.
e.
Bahan Ajar, adalah
format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
f.
Penilaian Belajar,
tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
3.
Model-
Model Desain Pembelajaran
Dalam
desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model
berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model
prosedural dan model melingkar.
Model
berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro
(kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya
adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran
untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu
model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang
cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekiolah,
dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut
sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural
adalah model Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model
Kemp.
Adanya
variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa
keuntungan itu antara lain adalah dapat memilih dan menerapkan salah satu model
desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di
lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan
dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan
desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.
Beberapa
contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
a.
Model Dick and Carrey
Salah
satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model ini
termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut
Dick and Carey adalah:
Ø Mengidentifikasikan
tujuan umum pembelajaran.
Ø Melaksanakan
analisi pembelajaran
Ø Mengidentifikasi
tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
Ø Merumuskan
tujuan performansi
Ø Mengembangkan
butir–butir tes acuan patokan
Ø Mengembangkan
strategi pembelajaran
Ø Mengembangkan
dan memilih materi pembelajaran
Ø Mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif
b.
Model Kemp
Menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan
sebuah bahan ajar, yaitu:
Ø
Menentukan
tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap
topiknya;
Ø
Menganalisis
karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain;
Ø
Menetapkan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan
tolak ukur perilaku pelajar;
Ø
Menentukan
isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
Ø
Pengembangan
prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan
pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
Ø
Memilih
aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan
tujuan yang diharapkan;
Ø
Mengkoordinasi
dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas,
perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran.
Ø
Mengevaluasi
pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta
melihat kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari
perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang
dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
c.
Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi
kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah
kegiatan yaitu:
Ø Analisis
Pelajar
Menurut
Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik
dan disesuaikan dengan cirri-ciri oelajar, isi dari pelajaran yang akan
dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut
Heinich, menyatakan sukar untuk menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun
ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar yang sesuai, berdasarkan ciri-ciri umum,
keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
Ø
Menyatakan
Tujuan
Menyatakan
tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik berdasarkan
buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang
sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus
difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
Ø
Pemilihan
Metode, media dan bahan
Heinich
et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan
media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran,
dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih,
dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah
ditentukan.
Ø
Penggunaan
Media dan bahan
Menurut
Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik
yaitu, preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan
pengalaman pembelajaran.
Ø
Partisipasi
Pelajar di dalam kelas
Sebelum
pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas
pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
Ø
Penilaian
dan Revisi
Sebuah
media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan
impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek
diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih
metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
d.
Model ADDIE
Ada
satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun
1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE
yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program
pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yaitu, analisis, desain,
pengembangan, implementasi dan evaluasi.
Langkah
1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan
apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment
(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan
analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan
adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan
atas kebutuhan.
Langkah
2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat
rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancangan
bangunan (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita
lakukan dalam tahap desain ini. Pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik,
measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes
tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi.
Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi
metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan.
Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber
belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan
lainlain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas
dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan
blue-print atau desain menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan
suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus
dikembangkan atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu
dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan
mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah
penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan.
Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu
evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini
semua yang telah dikembangkan diinstal atau diatur sedemikian rupa sesuai
dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misalnya, jika
memerlukan software tertentu maka software tersebutharus sudah diinstal.
Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah
sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal
atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di
atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi
formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan,
mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review
ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada
tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan
atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
e.
Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain
pengajaran yang terdiri dari tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase
desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988).
Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase.
Model ini adalah model desain pembelajaran berorentasi produk.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck
adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi
kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di
dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran
yang
dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,
peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan
diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian
terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan
Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis
dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai
tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase
ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran
berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang
diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama,
penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase
pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck
adalah fase pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988) mengatakan
aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board
akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses
pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan
seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini.
Hasil dari proses penilaian dan
pengujian ini akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai
kualitas media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian
dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis
penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif
ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan
penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
strategi pembelajaran
efektif adalah suatu garis-garis besar tindakan pendidik- peserta didik dalam
usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien.
2.
Desain pembelajaran
merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem
penyampaiannya, termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan
pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya. Model-model desain pembelajaran adalah model Dick and Carrey,
Kemp, ASSURE, ADDIE dan model Hanafin and Peck.
B. Saran
Dengan membaca makalah
ini, pembaca disarankan agar dapat mengambil manfaat dan ilmu tentang strategi
pembelajaran efektif dan desain pembelajaran , terutama bagi para tenaga
pendidik agar dapat menerapkan atau mengimplementasikan konsep-konsep dari strategi pembelajaran
efektif serta dapat menerapkan model-model desain pembelajaran agar anak didik
tidak mengalami kejenuhan, dan dengan hadirnya makalah ini dapat memecahkan
masalah yang kerap terjadi di lingkunagan
pendidikan. Penulis menyadari bahwa materi yang penulis jelaskan masih terdapat
banyak kekurangan. Sehingga untuk mengetahui lebih luas tentang ilmu psikolog
pendidikan, pembaca dapat memperoleh dari berbagai sumber lainnya, seperti
buku, jurnal ataupun internet.