Formulir Kontak

 

Makalah Spermatophyta


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Fisiologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses, fungsi, dan aktivitas suatu organisme dalam menjaga dan mengatur kehidupannya. Seperti halnya cabang ilmu biologi lain, fisiologi tumbuhan juga mempelajari proses kehidupan yang sering mirip atau identik pada banyak organisme. Fisiologi tumbuhan sebenarnya merupakan terapan dari fisika dan kimia modern untuk memahami tumbuhan. Karena itu, kemajuan fisiologi tumbuhan hampir seluruhnya bergantung pada kemajuan di bidang fisika dan kimia. Kini teknologi ilmu fisika terapan menyumbangkan peralatan untuk membantu penelitian dibidang fisiologi tumbuhan serta pengetahuan dasar yang dipakai untuk menafsirkan berbagai hasilnya.
Tumbuhan Spermatophyta sudah tidak asing lagi di kehidupan kita, secara langsung maupun tidak langsung kita sering memanfaatkan tumbuhan ini baik untuk kepentingan pangan, papan, maupun sandang. Spermatophyta ini meliputi semua tumbuhan berpembuluh yang bereproduksi secara generative dengan membentuk biji. Di dalam biji terdapat calon individu baru (embrio sporofit atau lembaga), beserta cadangan makanan (endosperma) yang terbungkus oleh lapisan pelindung. Tumbuhan ini dapat kita temukan dengan mudah di kehidupan sehari-hari.

B.            Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari spermatophyta ?
2.    Bagaimana proses pembuahan pada tumbuhan gymnospermae dan angiospermae?
3.    Apa saja konsep-konsep perkecambahan?
4.    Bgaimana proses pertumbuhan biji dan buah?


C.           Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian dari spermatophyta
2.    Untuk mengetahui bagaimana proses pembuahan pada tumbuhan gymnospermae dan angiospermae
3.    Untuk mengetahui apa saja konsep-konsep perkecambahan
4.    Untuk mengetahui proses pertumbuhan biji dan buah


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta )
1.        Definisi Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta)
Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta (Yunani, sperma=biji, phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji atau  disebut juga Cormophyta berbiji karena sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun, serta dapat menghasilkan biji.[1] Tumbuhan ini memiliki klorofildan jaringan pembuluh yang bervariasi yang merupakan saluran untuk mengangkut unsur hara yang diperlukan tumbuhan. Spermatophyta (tumbuhan berbiji) memiliki ciri-ciri antara lain: makroskopis dengan ketinggian bervariasi, bentuk tubuhnya bervariasi, cara hidup fotoautotrof, habitatnya kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), mempunyai pembuluh floem dan xilem, reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi). Dalam tumbuhan berbiji banyak sekali ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah banyak.
Tumbuhan biji berbeda dengan lumut atau tumbuhan paku karena tumbuhan biji menghasilkan biji yang terbentuk melalui pembuahan atau fertilisasi. Biji dihasilkan oleh alat perkembangbiakan yang disebut bunga. Terdapat dua macam tumbuhan biji, yaitu tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Agiospermae terdiri lagi dari tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan tumbuhan berkeping dua (dikotil).
2.        Klasifikasi tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
a.    Gymnospermae (Tmbuhan berbiji terbuka)
Gymnospermae adalah tumbuhan yang memiliki biji terbuka. Ciri morfologinya, yaitu umumnya merupakan tumbuhan berkayu, berupa pepohonan atau perdu, sistem perakarannya serabut, batangnya berkayu tumbuh tegak, banyak cabang atau tidak sama sekali, daunnya kecil, tebal atai seperti jarum, alat perkembangbiakan disebut strobulus dan bunga sesunguhnya belum ada. Sedangkan ciri anatominya, yaitu batang dan akar berkambium sehingga dapat tumbuh membesar, ujung akarnya terlindung oleh tudung akar atau kaliptra, endodermis pada akar maupun batang mengandung banyak zat tepung, dan pada silinder pusat akar.[2]
v  Klasifikasi Gymnospermae
Gymnospermae dibagi dalam empat kelompok yaitu Pinophyta, Cycadophyta, Ginkgophyta dan Gnetophyta.[3]
1.      Pinophyta
Pinophyta dikenal sebagai konifer, menghasilkan resin/getah, monoesis, daun berbentuk jarum, contohnya Pinus sp.
2.      Cycadophyta hidup di daerah tropis dan subtropis, diesis, contohnya Cycas revoluta, Cycas rumphii, Encephalartos transvenosus.
3.      Ginkgophyta hanya mempunyai satu spesies di dunia ini yaitu Ginkgo biloba, diesis, biji tidak di dalam rujung benar-benar terbuka ke udara bebas.
4.      Gnetophyta berbeda dengan kelompok lainnya karena memiliki pembuluh kayu untuk mengatur air pada bagian xilemnya. Contohnya Gnetum gnemon Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup)
v  Reproduksi Gymnospermae
Gymnospermae bereproduksi secara generatif (seksual) dengan membentuk biji. Alat reproduksinya berupa strobilus terbentuk ketika tumbuhan sudah dewasa. Gymnospermae mengalami pembuahan tunggal. Setelah serbuk sari dilepas, butir serbuk sari berkembang menjadi sperma. Pada saat penyerbukan, serbuk sari melekat pada bakal biji. Selanjutnya, sperma bergerak menuju sel telur melalui buluh sebuk sari. Jika terjadi pembuahan, akan terbentuk zigot yang berkembang menjadi embrio dan biji. Jika biji tersebut jatuh pada tempat yang sesuai, biji akan tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan baru. Penyerbukan pada Gymnospermae dilakukan dengan perantara angin (anemokori).[4]

Skema daur hidup tumbuhan Gymnospermae digambarkan pada bagan berikut ini.



b.    Angiospermae (Tumbuhan berbiji tertutup)
Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berasal dari kata angio = bunga dan spermae = tumbuhan berbiji. Ciri-cirinya, yaitu Bakal biji diselubungi daun buah (karpela) yang merupakan bakal buah,  Berupa pohon, herba, perdu, semak dan mempunyai organ yang berupa bunga lengkap (terdapat kelopak bunga, mahkota bunga, serta alat kelamin berupa benang sari dan putik).
Tumbuhan biji tertutup (angiospermae) merupakan tumbuhan berbunga yang memiliki pembungkus biji (ovulum) yang dibagi ke dlm 2 kelas yaitu Monokotiledon (berkeping satu) dan dikotiledona (berkeping dua).
v  Klasifikasi Tumbuhan Biji Tertutup
Angiospermae dibedakan menjadi dua yaitu Monocotyledoneae (berkeping satu) dan Dicotyledoneae (berkeping dua).
1.    Tumbuhan Berkeping Tunggal (Monocotyledoneae)
Mempunyai biji berkeping satu, berakar serabut, batangnya dari pangkal sampai ujung hampir sama besarnya. Umumnya tidak bercabang. Akar dan batang tidak berkambium, xilem dan floem tersebar. Contohnya: Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), Musa paradisiaca (pisang), Cocos nucifera (kelapa).
2.      Tumbuhan Berkeping Dua ( Dicotyledoneae )
Mempunyai biji jumlah kepingnya dua, berakar tunggang, batang dari pangkal besar makin ke atas makin kecil. Batang bercabang, akar dan batang berkambium sehingga dapat mengalami pertumbuhan sekunder (pertumbuhan melebar), xilem dan floem tersusun dalam lingkaran. Contohnya: Casia siamea (johar), Arachis hypogea (kacang tanah), Psidium guajava (jambu biji), Ficus elastica (karet).


v  Reproduksi Angiospermae
Alat perkembangbiakan berupa bunga. Reproduksi pada Angiospermae diawali dengan adanya proses penyerbukan (menempelnya serbuk sari pada kepala putik) dan proses pembuahan (penyerbukan sel telur dan kantong lembaga pada bakal biji dengan inti yang berasal dari serbuk sari). Selanjutnya zigot berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi buah. Pembuahan yang terjadi pada Angiospermae disebut pembuahan ganda.[5]

B.            Konsep-Konsep Perkecambahan
1.        Definisi Perkecambahan
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.[6] Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Jadi, biji dapat berkecambah karena didalamnya terdapat embrio yaitu akar lembaga yang berfungsi sebagai akar, daun lembaga sebagai tempat menimbun makanan, fotosintesis, alat pengisap makanan untuk embrio dan batang lembaga.
Adapun pendapat lain yang mengatakan Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih. Sedangkan para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
2.      Tipe dan Metabolisme Perkecambahan
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal.
a.         Perkecambahan epigeal (Tipe perkecambahan di atas tanah)
Hipokotil memanjang sehingga plumula dan kotiledon ke permukaan tanah dan kotiledon melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Termasuk dalam tipe ini yaitu tanaman dikotil seperti kacang-kacangan. Kotiledon tersebut dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk contoh perkecambahan kacang tanah.
Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah pada tipe epigeal adalah radikula, berikutnya ujung radikula harus menembus permukaan tanah. Tumbuhan dikotil dengan rangsangan oleh cahaya, ruas batang dibawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya mengembang dan menjadi hijau, serta mulai membuat makanan melalui fotosintesis, kotiledon akan layu dan rontok dari bibit karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang berkecambah. Contoh: perkecambahan kacang hijau.


b.        Perkecambahan hipogeal (Tipe perkecambahan di bawah tanah)
Epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal dalam tanah. Biasanya yang termasuk dalam tipe ini yaitu tanaman dengan tipe biji monokotil. Contoh: perkecambahan Jagung (Zea mays)[7]

3.        Tahapan Metabolisme Perkecambahan
a.         Tahap pertama dimulai dari proses imbibisi yaitu proses masuknya air atau penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma.
b.         Tahap kedua dimulai dengan kegitan sel-sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih.
c.         Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.
d.        Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di daerah meristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru.
e.         Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh, pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji.
4.        Faktor – Faktor Perkecambahan
a.       Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain:[8]
1.      Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi.
2.      Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.
3.      Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.
4.      Penghambat perkecambahan
Penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
b.      Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya:[9]
1.      Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen. Benih mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri.
2.      Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C. Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
3.      Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih. Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih. Umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
4.      Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.


C.           Pertumbuhan Buah dan Biji
Buah dan biji adalah dua bagian dalam tumbuan yang masing-masing saling bersinergi. Apa yang terjadi pada biji adalah sebuah proses menuju terciptanya buah. Sehingga, hubungan antara kedua elemen ini cukup erat.  Semua proses biji menjadi buah bermula dari apa yang terjadi pada bunga. Setelah bunga mengalami penyerbukan, beberapa waktu kemudian perhiasan bunga seperti mahkota akan layu. Sementara beberapa bagian bunga khususnya yang terdapat di dalam putik akan berkembang menjadi buah dan biji. Bakal buah (ovarium) akan berkembang menjadi buah, sementara bakal biji (ovulum) akan berkembang menjadi biji. Di dalam bakal biji terdapat zigot dan endosperm. Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio.[10]
v Perkembangan Endosperm
Endosperm tumbuh dan berkembang lebih dahulu dibandingkan pertumbuhan dan perkembangan embrio. Endosperm kaya akan cadangan makanan. Cadangan makanan tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada sebagian besar tumbuhan monokotil, endosperm berisi cadangan makanan yang dapat digunakan sampai terjadinya perkecambahan. Pada beberapa tumbuhan dikotil, cadangan makanan diberikan kepada kotiledon (daun biji) sebelum biji tumbuh dan berkembang lebih lanjut.[11]
v Perkembangan Embrio
Pertumbuhan dan perkembangan embrio diawali dengan pembelahan zigot secara mitosis menghasilkan sel basal dan sel terminal. Sel basal berkembang menjadi suspensor. Suspensor berfungsi sebagai penghubung antara embrio dan kulit bakal biji, serta mengalirkan nutrien dari tumbuhan induk atau dari endosperm. Sel terminal berkembang menjadi proembrio yang melekat pada suspensor. Kotiledon mulai berkembang membentuk tonjolan pada proembrio yang juga diikuti perkembangan embrio. Embrio berkembang membentuk ujung batang dan ujung akar.
v Stuktur Biji Yang Matang
Selama pematangan, biji mengalami pengurangan kandungan air sampai tersisa 5%-15% dari berat biji. Selanjutnya embrio berhenti berkembang sampai biji mengalami perkecambahan. Biji yang matang mengandung embrio yang dikelilingi kotiledon, endosperm, atau keduanya. Biji dilindungi oleh kulit biji.
Tumbuhan dikotil memiliki dua kotiledon. Pada perkembangan embrio tumbuhan dikotil akan terbentuk epikotil dan hipokotil. Epikotil terletak di atas kotiledon. Di ujung epikotil terdapat plumula, yaitu berupa ujung batang dan sepasang calon daun. Hipokotil terletak di bagian bawah kotiledon. Hipokotil berujung di calon akar (radikula). Sementara itu, pada tumbuhan monokotil hanya terdapat satu kotiledon. Kotiledon pada beberapa tumbuhan monokotil disebut skutelum. Skutelum sangat tipis dan letaknya tertekan oleh endosperm. Skutelum menyerap nutrien dari endosperm selama perkecambahan. Embrio pada rumput-rumputan dikelilingi oleh koleoriza dan koleoptil. Koleoriza melindungi calon akar dan koleoptil melindungi calon batang.
v Perkembanagan Bakal Buah
Ketika bakal biji berkembang menjadi biji, bakal buah berkembang menjadi buah. Buah berfungsi melindungi biji ketika biji dipencarkan oleh angin atau hewan. Buah mulai berkembang setelah terjadinya penyerbukan. Penyerbukan merangsang perubahan hormon yang menyebabkan bakal buah berkembang. Dinding bakal buah berkembang menjadi perikarp (bagian dinding buah yang paling tebal). Pada saat bakal buah berkembang, bagian-bagian bunga yang lain gugur. Jika pada suatu bunga tidak terjadi penyerbukan, buah tidak akan berkembang dan semua bagian bunga gugur dari tangkainya.[12]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Tumbuhan berbiji atau Spermatophyta (Yunani, sperma=biji, phyton=tumbuhan) merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki ciri khas, yaitu adanya suatu organ yang berupa biji atau  disebut juga Cormophyta berbiji karena sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun, serta dapat menghasilkan biji.
2.      Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Adapun pendapat lain yang mengatakan Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih.
3.      Gymnospermae bereproduksi secara generatif (seksual) dengan membentuk biji. Alat reproduksinya berupa strobilus terbentuk ketika tumbuhan sudah dewasa. Sedangkan alat perkembangbiakan angiospermae berupa bunga. Reproduksi pada Angiospermae diawali dengan adanya proses penyerbukan (menempelnya serbuk sari pada kepala putik) dan proses pembuahan (penyerbukan sel telur dan kantong lembaga pada bakal biji dengan inti yang berasal dari serbuk sari).
4.      Bakal buah (ovarium) akan berkembang menjadi buah, sementara bakal biji (ovulum) akan berkembang menjadi biji.



DAFTAR PUSTAKA

Hasnunidah, Neni., Fisiologi Tumbuhan , Bandar Lampung: Universitas
Lampung, 2010
Suprianto, Biologi Umum, Banda Aceh: Unsyiah, 2008
Tajudin, Biologi, Jakarta: Kawan Pustaka, 2010




[1] Tajudin, Biologi, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2010), Hal.100

[2] Ibid
[3]  Hasnunidah, Neni., Fisiologi Tumbuhan , (Bandar Lampung: Universitas
Lampung, 2010), Hal.142

[4]  Tajudin, Biologi,( Jakarta: Kawan Pustaka, 2010), Hal.101

[5] Ibid
[6]  Tajudin, Biologi, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2010), Hal.103

[7]  Suprianto, Biologi Umum, (Banda Aceh: Unsyiah, 2008), Hal.47

[8] Ibid
[9]  Tajudin, Biologi, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2010), Hal.103

[10]  Hasnunidah, Neni., Fisiologi Tumbuhan , (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2010), Hal.108

[11]Ibid
[12] Tajudin, Biologi, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2010), Hal.104

Total comment

Author

AHLUL NAZAR

0   komentar

Cancel Reply