BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum adalah suatu sistem yang
mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama
lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi
pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum
akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama
diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak
berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan
maksimal.
Berangkat dari bentuk kurikulum
tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu
pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses pengorganisasian ini
akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan. Sedangkan manajemen adalah salah satu displin ilmu yang
implikasinya menerapkan proses-proses tersebut. Maka dalam penerapan
pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga pendidikan harus
menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian manajemen kurikulum?
2. Apa
ruang lingkup dan fungsi manajemen kurikulum?
3. Bagaimana
proses manajemen kurikulum disekolah?
4. Apa
saja faktor pendukung dan penghambat manajemen kurikulum?
C.
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pengertian manajemen kurikulum
2. Untuk
mengetahui ruang lingkup dan fungsi manajemen kurikulum
3. Untuk
mengetahui proses manajemen kurikulum disekolah
4. Untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat manajemen kurikulum
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen Kurikulum
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola.
Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan
fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan
sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang diantaranya adalah
manusia, uang, metode, material, mesin dan pemasaran yang dilakukan
dengan sistematis dalam suatu proses.[1]
Manajemen adalah suatu proses sosial
yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia dan
sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.[2]
Manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin
dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya
organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan
dengan jelas.
Secara etimologis, istilah kurikulum
berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya “pelari”
dan curereyang berarti “tempat berpacu”.Istilah kurikulum berasal
dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi
kuno.Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang
berarti berlari (to run).Kurikulum berarti suatu jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari dari garis startsampai dengan finish untuk
memperoleh medali atau penghargaan.[3]
Kurikulum adalah rencana tertulis tentang
kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu
dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan
tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian
kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan
pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada
satuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah program pendidikan yang
disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa.[4]
Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu
sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif, komprehensif, sistemik dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Oleh karena
itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan
ketercapaian saran dan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Prinsip dasar manajemen
kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Manajemen kurikulum juga merupakan segenap
proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan
titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mangajar.
Sedangkan kurikulum sendiri mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas.
Kurikulum dalam arti sempit adalah jadwal pelajaran atau semua pelajaran baik
teori maupun praktek yang diberikan kepada siswa selama mengikuti suatu proses
pendidikan tertentu.
Sedangkan dalam arti luas kurikulum
diartikan sebagai berikut. Sebenarnya terdapat tiga jenis organisasi kurikulum
yaitu:
1. Kurikulum
Terpisah (Sparated Subject Curriculum) di mana bahan pelajaran disajikan secara
terpisah-pisah seolah-olah ada batas antara bidang studi dan antara bidang
studi yang sama di kelas yang berbeda.
2. Kurikulum
Berhubungan (Correlated Curriculum) yaitu kurikulum yang menunjukan adanya
hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Seperti IPS
(gabungan dari mata pelajaran Sejarah Geografi, Ekonomi, Sosiologi ), IPA
(gabungan dari Fisika, Biologi, Kimia).
3. Kurikulum
terpadu (Integrated Curriculum) yaitu kurikulum yang meniadakan batas-batas
antara berbagai bidang dan didalam mata pelajaran tersebut terdapat keterpaduan
mata pelajaran serta menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unik.
B.
Ruang
Lingkup dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Manajemen
kurikulum adalah bagian dari suatu kurikulum. Ruang lingkup manajemen
kurikulum sendiri dibagi atas perencanaan, penggorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum. Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan kurikulum.[5]
Pada
tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan
merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/ kompetensi dasar)
dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga
kurikulum tersebur merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik
maupun dengan lingkungan.[6]
Secara sederhana dan lebih mudah
dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah
sebagai berikut:
a. Manajemen
perencanaan,
b. Manajemen
pelaksanaan kurikulum,
c. Supervisi
pelaksanaan kurikulum,
d. Pemantauan
dan penilaian kurikulum,
e. Perbaikan
kurikulum,
f. Desentralisasi
dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
Dari keterangan
ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah
prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses
pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen.
Sehingga para ahli dalam pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan
ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat dari cakupannya yang begitu luas,
manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang bercabang pada
kurikulum. Dalam sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang
terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara
bertahap, bergilir, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari
yang dianutnya, maka manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem.
Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur
yang saling berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai
suatu tujuan.
Selain ruang
lingkup, manajemen memiliki prinsip. Ada lima prinsip yang harus diperhatiakan
dalam pelaksanaan suatu mamajemen kurikulum, prinsip tersebut adalah sebagia
berikut :[7]
a. Produktifitas
Produktifitas
merupakan suatu hasil yang harus di dapat dari suatu kegiatan
kurikulum, yang hasil ini akan dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum itu
sendiri. Pertimbangan itu berkaitan dengan hasil yang diperoleh oleh siswa
selama proses belajar di sekolah apakah sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan oleh kurikulum.
b. Demokratisasi:
Pelaksanaan manajemen
kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksanaan
dan peserta didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan
tugas dengan penuh tanggung jawab.
c. Kooperatif
Dalam aspek ini suatu
kegiatan manajemen kurikulum sangat membutuhkan banyak relasi dan kerjasama
yang baik agar antara semuapihak yang terlibat di dalamnya.
d. Efektifitas
dan Efisiensi
Kegiatan manejemen
kurikulum yang baik hendaknya memperhatikan efektifitas dan efisiensi agar
tujuan yang dimaksud dapat dicapai dengan biaya, waktu, tenaga bahkan
cara yang singkat, bukan hanya kegiatan yang hanya basa – basi yang sama sekali
tidak memperhatikan tujuan yang ingin dicapai atau dapat dikatakan kegiatan
yang tidak tepat sasaran.
e. Mengarahkan
visi, misi, dan tujuan
Suatu manajemen kurikulum yang baik
atau dapat dikatakan sebagai suatu manajemen kurikulum yang profesional adalah
manajemen kurikulum yang mampu menghantarkan tercapainya misi dan visi suatu
instansi pendidikan atau sekolah.
Dikemukakan di atas bahwa
manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah
tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen.
Fungsi
manajemen kurikulum, yaitu :
Ø Perencanaan
(planning).
Ø Pengorganisasian
(organizing).
Ø Pelaksanaan
(actuating).
Ø Pengawasan
(controlling)
Namun, ada beberapa fungsi lain dari
manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut :[8]
a.
Meningkatkan
efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun
komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan
efektif.
b.
Meningkatkan keadilan (equality) dan
kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang
maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan
intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang
dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
c.
Meningkatkan
relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan
kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
d.
Meningkatkan
efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif, dan terpadu
dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
belajar.
e.
Meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu
dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan
dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksesuaian antara desain
dengan implementasi dapat dihindarkan.Disamping itu, guru maupun siswa selalu
termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena
adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
f. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
pengembangan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan
melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar
perlu disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan daerah setempat.
C.
Proses Manajemen Kurikulum
Tahapan proses
manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
“perencanaan,pengorganisasian, koordinasi,pelaksanaan, pengendalian”.
1.
Manajemen
Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu
proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis tingkat pembuatan
keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses penggunaan
model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya rumusan model
perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan
secara cermat.
Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan
sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang
bermakna), sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi
(dalam menentukan urutan materi pelajaran).
Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai
pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan,
media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana
yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada pelaksanaan sistem pendidikan
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah
merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam
bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu
dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:
1)
Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas
ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan
lain-lain.
2)
Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan
dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan
program.
3)
Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi
satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
4)
Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan
dalam bentuk silabus.
Dari rumusan perencanaan di atas penulis
menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian susunan mata
pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek kegiatan pendidikan dan
pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan lebih banyak difokuskan pada
perencanaan pengajaran dengan menyusun materi ajar. Karena materi pelajaran
adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam kurikulum. Maka dalam
perumusanya juga sangat diperlukan adanya landasan yang kokoh untuk sebagai
pedoman.
2.
Manajemen
Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan
pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan
dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan terlaksana. Dalam
manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana
dengan baik. Dalam hal ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal
dan kondisi-kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana.
Pelaksanaan
kurikulum dibagi menjadi dua:
1)
Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah,
yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia
bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga
berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang
akan berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam
satu minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan
tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2)
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas,
yang dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian
tugas ini meliputi:
a. kegiatan
dalam bidang proses belajar mengajar,
b. pembinaan
kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum sebagai
penunjang tujuan sekolah,
c. kegiatan
bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang berada dalam
diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
3.
Manajemen
Pemantauan dan Penilaian Kurikulum
Pemantauan kurikulum adalah pengumpulan
informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan
kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi
permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus
dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya
kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun
kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai
mengevaluasinya.
Secara garis besar pemantauan kurikulum
bertujuan untuk mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis,
pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
1)
Peserta didik, dengan mengidentifikasi
pada cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas,
hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
2)
Tenaga pengajar, dengan memantau pada
pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan,
kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap atasan.
3)
Media pengajaran, dengan melihat pada
jenis media yang digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media,
pemeliharaan dan perawatan media.
4)
Prosedur penilaian: instrument yang
dihadapi siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan hasil penilaian.
5)
Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis
kelamin, kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
4.
Perbaikan
Kurikulum
Kurikulum suatu pendidikan itu tidak
bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan senantiasa berubah dan bersifat
dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan penyesuaian supaya dapat memenuhi
permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan
kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan terus
menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat disoroti dari dua aspek, proses,
dan produk. Kriteria proses menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan
kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas produk melihat pada
tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan,
seluruh komponen sumber daya manusiawi, seperti: administrator, pemilik
sekolah, kepala sekolah, guru-guru, siswa, serta masyarakat mempunyai sangat
berperan besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan secara jelas.
Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal perencanaan program
perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat
akan sangat diperlukan dalam membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
Chamberlain telah merumuskan
tindakan-tindakan yang dilakukan dalam perbaikan:
Ø mengidentfikasi
masalah sebenarnya sebagai tuntutan untuk mengetahui tujuan,
Ø mengumpulkan
fakta atau informasi tambahan,
Ø mengajukan
kemungkinan pemecahan dengan keputusan yang optimal dan diharapkan,
Ø memilih
pemecahan sebagai percobaan,
Ø merencanakan
tindakan yang dikehendaki untuk melaksanakan penyelesaian,
Ø melakukan
solusi percobaan,
Ø evaluasi.
Sedangkan dalam konteks
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menjelaskan tentang siklus proses
manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
·
Tahap perencanaan; meliputi
langkah-langkah sebagai :
1.
Analisis
kebutuhan
2.
Merumuskan dan
menjawab pertanyaan filosofis
3.
Menentukan
disain kurikulum
4.
Membuat rencana
induk (master plan) pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
·
Tahap
pengembangan;meliputi langkah-langkah :
1.
Perumusan
rasional atau dasar pemikiran
2.
Perumusan visi,
misi, dan tujuan
3.
Penentuan
struktur dan isi program
4.
Pemilihan dan
pengorganisasian materi
5.
Pengorganisasian
kegiatan pembelajaran
6.
Pemilihan
sumber, alat, dan sarana belajar
7.
Penentuan cara
mengukur hasil belajar.
·
Tahap
implementasi atau pelaksanaan meliputi langkah-langkah:
1.
Penyusunan
rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
2.
Penjabaran
materi (kedalaman dan keluasan)
3.
Penentuan
strategi dan metode pembelajaran
4.
Penyediaan
sumber, alat, dan sarana pembelajaran
5.
Penentuan cara
dan alat penilaian proses dan hasil belajar
6.
Petting
lingkungan pembelajaran
·
Tahap penilaian:
“Terutama dilakukan
untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan,
baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.”
Penilailain
kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) Penilaian konteks: memfokuskan pada
pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada
kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost
benefit dari rancangan. Penilaian proses
memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam
melaksanakan program. Penilaian product
berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan
evaluasi sumatif). [9]
D.
Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Manajemen
Kurikulum
Dalam kurikulum
terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen kurikulum, antara
lain dapat dikemukakan dibawah ini :
1.
Faktor peserta
didik dalam pengembangan kurikulum karena kurikulum dikembangkan dan didesain
sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, maka pola yang digunakan
berpusat pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik.
2.
Faktor sosial
budaya dalam manajemen kurikulum karena kurikulum disesuaikan dengan tuntunan
dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
3.
Faktor politik
dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena politik yang
melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
4.
Faktor ekonomi
dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang memiliki pengaruh yang cukup besar
karena faktor ekonomi yang dapat mengembangkan sekaligus mendorong pola
pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mulai dari
pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di sekolah-sekolah ).
5.
Faktor
perkembangan teknologi dalam manajemen kurikulum karena perkembangan teknologi
menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum disebabkan
pola fakir masyarakatpun yang semakin komplek dalam perkembangan teknologi
sehingga dituntut untuk dapat melihat dan menyesuiakan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat.
Pendidikan di Indonesia
di arahkan untuk menciptakan suatu individu atau masyarakat yang memiliki sikap
kemandirian sehingga tertanam sebuah keterampilan dan pengetahuan yang baik
yang dapat menunjang kehidupan dirinya sendiri maupun orang disekitarnya. Tetapi
pada kenyataannya di lapangan pendidikan di Indonesia kurang terpola dengan
baik dan kurang jelas arah tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan
hambatan-hambatan yang terjadi pada manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu
dapat dilihat dari :
1.
Ketidaksinambungan
dan ke tidak sinergian antara pendidik yang ada di lapangan dengan pendidik
yang memberikan kebijakan di atasnya.
2.
Keterbatasan
akan sarana dan prasarana.
3.
Lemahnya
pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat kedisiplinan cukup rendah.
4.
Kualifikasi
pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang berujung pada tingkat
profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi
pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Manajeman
kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum.
2. ruang
lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Manajemen
perencanaan,
b. Manajemen
pelaksanaan kurikulum,
c. Supervisi
pelaksanaan kurikulum,
d. Pemantauan
dan penilaian kurikulum,
e. Perbaikan
kurikulum,
f. Desentralisasi
dan sentralisasi pengembangan kurikulum.
3. Fungsi
manajemen kurikulum, yaitu :
a. Perencanaan
(planning).
b. Pengorganisasian
(organizing).
c. Pelaksanaan
(actuating).
d. Pengawasan
(controlling)
4. Proses Manajemen Kurikulum
a. Manajemen
Perencanaan Kurikulum
b. Manajemen
Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
c. Manajemen
Pemantauan dan Penilaian Kurikulum
d. Perbaikan
Kurikulum
B.
Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini
di harapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh
dapat lebih mengetahui dan memahami manajemen kurikulum dalam manajemen
pendidikan serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan
DAFTAR
PUSTAKA
Oemar Hamalik, Manajemen
Pengembangan Kurikulum,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008
Rohiat, Manajemen
Sekolah Teori Dasar dan Praktik, Bandung : PT Refika Aditama, 2010
Rusman, Manajemen
Kurikulum, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009.
Tim dosen administrasi pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010.
Zainal Arifin,
Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
[1]
Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dasar dan
Praktik, (Bandung : PT Refika Aditama, 2010), hal.13
[3] Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan
Kurikulum, (Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal.4
[4] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.10
[6] Tim dosen administrasi pendidikan UPI, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.191-192
[8] Tim dosen administrasi pendidikan UPI, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal.192-193
[9] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.222-224