BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua organisme tersusun atas sel sel. Mulai
dari sayap kupu kupu hingga mahkota bunga yang berwarna warni. Semua tersusun
atas sel. Sel merupakan unit terkecil dari suatu bentuk kehidupan. Untuk ukuran
sekecil itu, sel tergolong sangat luar biasa. Sel seperti sebuah pabrik yang
senantiasa bekerja agar proses kehidupan terus berlangsung. Sel mempunyai
bagian bagian untuk menunjang fungsi tersebut. Ada bagian sel yang berfungsi
untuk menghasilkan energi, ada yang bertanggung jawab terhadap perbanyakan sel, dan ada bagian yang
menyeleksi lalu lintas zat masuk dan keluar sel. Dengan mengetahui komponen
sel, kita dapat memahami fungsi sel bagi kehidupan.
Sel
memiliki ukuran yang sangat kecil dan tak kasat mata. Ada yang hanya 1-10
mikron, ada yang mencapai 30-40 mikron, bahkan ada yang beberapa sentimeter.
Didalam ukuran yang sangat kecil bentuk yang bermacam-macam tersebut, sel
memiliki bagian-bagian sel yang memiliki fungsi masing-masing. Antar bagian sel
itu melakukan interaksi dan salingt ketergantungan. Oleh karena itu sel
dipandang sebagai dasar kehidupan makhluk hidup.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari sel?
2. Bagaimana
bentuk sel pada hewan?
3. Bagaimana
lapisan sel pada hewan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui
pengertian sel.
2. Untuk
mengetahui bentuk sel pada hewan.
3. Untuk
mengetahui lapisan sel pada hewan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sel Hewan
1. Pengertian Sel
Sel berasal dari kata ‘cella’ yang
berarti ruangan berukuran kecil maka sel merupakan unit (kesatuan, zahrah)
terkecil dari makhluk hidup, yang dapat melaksanakan kehidupan. Sel merupakan
unit organisasi terkecil yang menjadi
dasar kehidupan. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel.
Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular),
misalnya bakteri,
archaea,
serta sejumlah fungi
dan protozoa,
atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi
pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.
Pada tahun 1839, Theodor Schwann, yang setelah
berdiskusi dengan Schleiden menyadari bahwa ia pernah mengamati nukleus
sel hewan sebagaimana Schleiden mengamatinya pada tumbuhan, menyatakan
bahwa semua bagian tubuh hewan juga tersusun atas sel. Menurutnya, prinsip
universal pembentukan berbagai bagian tubuh semua organisme adalah pembentukan
sel.
Sel hewan adalah bentuk sel eukariotik
yang membentuk jaringan tubuh dan dengan organ. Sel hewan cukup berbeda dari
sel tanaman. Dinding sel dan kloroplas yang hadir dalam sel tanaman, sementara
sel-sel hewan tidak memiliki dinding sel. Semua sel-sel hewan tidak memiliki
bentuk yang sama, ukuran atau fungsi tetapi mekanisme selular utama adalah sama
yang membantu dalam berfungsinya tubuh.[1]
2. Bentuk Sel pada Hewan
Berdasarkan
bentuk, sel dibagi kedalam beberapa bentuk yaitu pipih (tinggi sel tidak
seberapa bila dibandingkan dengan lebarnya), kubus (tinggi dan lebar sel sama),
dan silindris (tinggi sel jauh melebihi lebar sel).
3. Lapisan Sel pada
Hewan
a.
Sel pipih selapis
Sel-sel gepeng, pipih, atau mirip sisik
tersusun sangat rapat dan sitoplasmanya jernih. Bentuk inti selnya bulat
terletak di tengah-tengah. Sel epitel pipih terletak di limfa, pembuluh darah,
alveolus, saluran ekskresi dari banyak kelenjar, selaput bagian dalam telinga, serta
selaput yang melapisi rongga peritoneum, pleura, perikardium. Sel pipih selapis
berfungsi untuk difusi atau filtrasi melalui permukaannya yang selektif dan
selektif permiabel. Sebagai contoh, sel epitel pipih selapis terlibat pada proses
filtrasi (penyaringan) darah di dalam ginjal.[2]
b. Sel kubus selapis
Sel-selnya berbentuk kubus selapis,
sitoplasma sel ini ada yang jernih ada pula yang mengandung butir-butir halus
yang di sebut granula. Inti selnya berbentuk bulat, berukuran besar, dan
terletak di tengah. Dapat di temukan pada permukaan ovarium, kelenjar gondok,
dan permukaan lensa mata. Epitel kubus selapis berfungsi melindungi
bagian-bagian di bawahnya dan mengeluarkan zat yang tidak di perlukan oleh
tubuh (sekresi).[3]
c. Sel silindris selapis
Epitel ini memiliki bentuk sel seperti
silinder atau persegi panjang. Inti sel terletak mendekati bagian basal. Sel
ini di temukan pada epitel dinding usus, lambung, kelenjar pencernaan, dan
kantung empedu. Epitel ini berfungsi dalam proteksi, absorbsi (penyerapan
zat-zat), dan sekresi.[4]
d. Sel kubus berlapis banyak
Epitel kubus berlapis banyak terdiri dari
dua atau lebih lapisan sel. Lapisan sel-sel yang paling dalam biasanya
berbentuk kubus. Semakin menuju kepermukaan bentuknya semakin pipih. Struktur yang
seperti ini sesuai untuk melindungi gesekan yang memungkinkan terjadi
pengelupasan. Epitel kubus berlapis banyak dapat ditemukan di kelenjar
keringat, folikel pada ovarium, dan buah zakar. Epitel kubus berlapis banyak
ini berfungsi sebagai sekresi dan absropsi.[5]
e. Sel silindris berlapis banyak
Pada umumnya, epitel silindris berlapis
banyak terdiri atas banyak lapisan sel. Bagian luar epitel ini terdiri atas sel
berbentuk silindris, sedangkan pada lapisan dalamnya berbentuk kubus atau tidak
teratur. Epitel silindris berlapis banyak dapat di temukan pada faring, laring,
uretra, saluran ekskresi, dan kelenjar susu. Epitel silindris berlapis banyak
ini berfungsi dalam sekresi dan pergerakan.
f. Sel pipih berlapis banyak
Epitel ini lebih tebal dari epitel
selapis. Bentuk pipih pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang terletak pada
lapisan permukaan, sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya
berubah. Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris
melekat pada membran basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan
sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih. Epitel
ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika
pada permukaan epitel pipih berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut
bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di
bawah epitel.[6]
g. Sel transisional
Epitel transisional merupakan epitel yang
berlapis banyak. Permukaan lapisan epitel ini mengalami perubahan bentuk ketika
jaringan menggelembung sehingga epitel ini tidak dapat digolongkan berdasarka bentuknya. Epitel transisional
terletak pada saluran kencing, terutama pada bagian yang melapisi kandung
kemih, ureter, uretra, dan ginjal.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sel
merupakan unit organisasi
terkecil yang menjadi dasar kehidupan. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel. Sel hewan adalah bentuk sel eukariotik yang membentuk
jaringan tubuh dan dengan organ. Sel hewan cukup berbeda dari sel tumbuhan.
Dinding sel dan kloroplas yang hadir dalam sel tumbuhan, sementara sel-sel
hewan tidak memiliki dinding sel. Semua sel-sel hewan tidak memiliki bentuk
yang sama, ukuran atau fungsi tetapi mekanisme selular utama adalah sama yang
membantu dalam berfungsinya tubuh.
Berdasarkan bentuk, sel dibagi kedalam
beberapa bentuk yaitu pipih (tinggi sel tidak seberapa bila dibandingkan dengan
lebarnya), kubus (tinggi dan lebar sel sama), dan silindris (tinggi sel jauh
melebihi lebar sel). Bentuk dan lapisan pada sel hewan yaitu sel pipih selapis,
sel kubus selapis, sel silindris selapis, sel pipih berlapis, sel kubus
berlapis, sel silindris berlapis, dan sel transisional.
B. Saran
Semoga
dengan selesainya makalah ini di harapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa
UIN Ar-Raniry Banda Aceh dapat lebih mengetahui dan memahami bentuk sel dan
lapisannya serta dapat mengklasifikasikannya dalam pembelajaran.
Daftar Pustaka
Alberts., Biologi Molekuler Sel Edisi Kedua, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama,
1994
Gerrit
Bevelander., Dasar Histologi Edisi
Kedelapan, Jakarta: Erlangga,
1998
R N Bajpai., Histologi Dasar Edisi Keempat, Jakarta:
Bina Rupa Aksara, 1989
Victor P
Eroschenkko., Atlas Histologi Edisi
Kesembilan, Jakarta: EGC, 2003