Formulir Kontak

 

Makalah Aqidah


BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar belakang
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Allah SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.  
B.        Rumusan masalah
A.     Apakah yang dimaksud dengan  aqidah ?
B.     Bagaimanakah ruang lingkup aqidah ?
C.     Macam macam keyakinan dalam aqidah?



C.        Tujuan masalah
A.    Untuk mengetahui pengertian aqidah.
B.     Untuk mengetahui ruang lingkup aqidah.
C.     Untuk mengetahui berbagai macam keyakinan dalam aqidah.



BAB  II
PEMBAHASAN

A.    Aqidah Islam
1.    Pengertian aqidah
Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan).  Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. Aqidah islam itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan As Sunah, bukan dari akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya digunakan untuk memahami apa yang terkandung pada kedua sumber aqidah tersebut yang mana wajib untuk diyakini dan diamalkan.
Aqidah menurut istilah (Terminologi) adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.



2.    Pengertian aqidah menurut para ahli
Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna :
"Aqa'id bentuk jamak rai aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan".

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy :
"Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan tambahan sebagai berikut:
1.      Ilmu terbagi dua:
Pertama ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil. Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada.

Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian.

2.   Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.
3.      Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman terhadap dalil. Misalnya: Keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama dari beberapa orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada syubhat (dalil-dalil yang menolak informasi tersebut).
Dalam pengertian lain aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia, dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.

C.  Macam-macam Keyakinan
1.         Keyakinan Kemaha Esaan Allah
Allah adalah Esa satu dalam dzat, sifat dan karya-Nya. Keesaan Allah merupakan gambaran kemahakuasaan-Nya yang tidak tertandingi oleh apa dan siapapun, sebab selain Dia adalah ciptaan-Nya belaka. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah, yaitu keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Keyakinan akan keesaan Allah merupakan ciri utama dari agama Islam yang berbeda dengan agama-agama lainnya di dunia.
Artinya:
 “Dialah Allah, tidak ada tuhan selain dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah yang Maha pengasih, Maha penyayang.
“Dialah Allah, tidak ada tuhan selain dia. Maha raja yang Maha suci, yang Maha sejahtera, yang Menjaga keamanan, pemelihara keselamatan, Yang Maha perkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
“Dialah Allah yang Menciptakan, Yang Maha mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama nama yang indah. Apa yang dilangit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Keesaan Allah dalam ajaran Islam berbeda dengan keyakinan monoteistik pada agama Yahudi dan Nasrani. Tauhid merupakan keyakinan akan keesaan Allah yang meniadakan segala unsur yang lain. Satu bukanlah terdiri dari unsur-unsur atau bagian dari bilangan, tetapi satu yang utuh. Keesaan Allah dalam keyakinan muslim bukan hanya berupa pengetahuan dan pengakuan tetapi mendorong dalam membentuk perilaku dan sikap tauhid yang diawali dengan persaksian melalui syahadat. Syahadatain berbunyi:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah Pengakuan dan keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah “
Mengandung arti bahwa tidak ada bentuk apapun yang dipertuhankan selain Allah. Artinya hanya Allah-lah satu-satunya Tuhan bagi seorang muslim. Tuhan diartikan sebagai segala sesuatu yang mendominasi diri, atau yang membuat orang tergantung kepadanya.
2.          Keyakinan akan hari Kiamat, dan akhirat
Kiamat merupakan akhir perjalanan kehidupan alam raya dan pintu masuk alam akhirat. Peristiwa kiamat adalah hari kehancuran dunia yang di gambarkan Alquran Surat. Al Zalzalah (kegoncangan) sebagai saat penghancuran total yang tidak ada satu makhluk pun yang tertinggal, semua hancur.
Surat Al-Muluk
Artinya :
”Maha suci Allah yang menguasai (Segala) kerajaandan  Dia Mha kuasa atas segala sesuatu,
“yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siap diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mha pengampun,
“yang menciptakan tujuh langit berlapis lapis. tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat
“kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.

Tafsir Surat Ar Ruum ayat 20-25
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ (20)
Ayat ini menunjukkan keagungan dan kesempurnaan qudrat Allah swt. Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah, kemudian berubah menjadi mani, kemudian berubah menjadi lempengan-lempengan darah, kemudian berubah menjadi lempengan-lembengan daging, kemudian Allah menciptakan tulang dan membentuknya sesuai bentuk manusia, dan membungkus tulang tersebut dengan daging. Kemudian Allah meniupkan ruh, maka bayi pun bisa melihat dan bisa mendengar. Kemudia dia keluar dari rahim ibunya dalam keadaan kecil, tidak punya kekuatan dan sedikit bergerak. Kemudian seiring bertambahnya umur maka semakin kuat dan ruang geraknya semakin luas, sehingga mampu membangun kota, melakukan perjalanan di atas jagat raya ini, menaklukan lautan, mengelilingi dunia, berusaha dan mengumpulkan harta. Mereka diberi akal pikiran dan semangat, pemikiran dan ilmu, diluaskan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Mahasuci Allah yang telah menciptakan manusia dengan segala kelebihannya.
 وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (21)
Dari sebagian tanda kekuasaan Allah adalah Allah menciptakan pasangan bagi manusia dari jenis manusia juga, bukan dari jenis jin atau hewan lain, karena jika Allah menciptakan pasangan dari jin atau hewan lain tentu tidak akan ada rasa tertarik diantara keduanya, tetapi justru akan saling menjauhi.
Selain Allah menciptakan pasangan dari jenis manusia, Allah juga menciptakan mawaddah, yaitu rasa cinta dan rasa sayang (rasa kasih), karena seorang laki-laki menikahi perempuan bisa karena rasa cinta kepadanya, sayang kepadanya karena memiliki anak darinya atau karena sang istri membutuhkan suami untuk biaya kehidupan, atau karena senang kepadanya.
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ (22)
Dari sebagian tanda kekuasaan Allah adalah penciptaan langit yang tinggi dan luas, berbagai material yang ada di langit, dan bintang-bintangnya baik yang diam maupun yang berjalan. Allah juga menciptakan bumi yang direndahkan dan besar serta material yang ada di atasnya seperti gunung-gunung yang kokoh, lautan, daratan, hewan dan pohon-pohon.
Allah juga telah menciptakan manusia dengan bahasa dan warna kulit yang berbeda-beda pada setiap daerahnya. Hal ini merupakan tanda kekuasaan Allah bagi manusia sebagai makhluk yang memiliki akal.
وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ (23)
Dari sebagian tanda kekuasaan Allah adalah Allah menidurkan kalian pada waktu malam dan siang agar kalian istirahat dan sedikit bergerak sehingga hilang rasa jemu dan cape. Allah juga menjadikan kalian menyebar dan melakukan berbagai pekerjaan dan perjalanan pada siang hari untuk mencari karunia Allah sebagai sumber kehidupan. Semua ini merupakan tanda kekuasaan Allah bagi kaum-kaum yang mendengar.
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنزلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (24)
Diantara tanda kekuasaan Allah adalah Allah menciptakan kilat yang dapat menimbulkan rasa takut dan harapan, takut akan hujan yang bisa menghancurkan kehidupan, berharap hujan yang bisa membawa berkah bagi kehidupan, kemudian Allah menghidupkan kembali tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi setelah ia sebelumnya mati dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa menghidupkan kembali yang sudah mati kelak setelah hari kiamat, bagi Allah adalah mudah, dan ini menjadi tanda kekuasaan Allah bagi kaum-kaum yang berakal.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الأرْضِ إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ (25)
Dari sebagian tanda kekuasaan Allah adalah berdirinya langit dan bumi atas kehendak Allah, kemudian jika kiamat terjadi maka bumi akan diganti dengan bumi yang lain, begitu juga langit, kemudian Allah memanggil manusia dan atas kehendak Allah, manusia pun keluar dari kuburnya maka mereka menjawab dengan memuji Allah dan mereka menyangka tidak akan tinggal kecuali sebentar


Sebagaimana Di riwayatkan oleh Abu Hurairah, ia berkata:
Bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya akan datang seorang lelaki besar gemuk pada hari kiamat yang berat amalnya di sisi Allah tidak seberat sayap seekor nyamuk sekalipun. Bacalah oleh kalian: Maka Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat.
Datangnya hari kiamat tidak dijelaskan secara rinci baik dalam Alquran maupun hadis, tetapi ciri-ciri akan datangnya kiamat diisyaratkan dalam berbagai hadits. Diriwayakan oleh Abu Hurairah, ia berkata:
Rasulullah bersabda: Allah Taala menggenggam bumi pada hari kiamat dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya, kemudian Allah berfirman: Akulah raja! Manakah raja-raja bumi? (Shahih Muslim No.4994)
Dalam Al Quran hari kiamat memiliki tiga puluh empat (34) sebutan, diantaranya ;
1. Yaumul Qiyamah (hari kiamat)
2. Yaumul Hasroh (hari penjelasan sebab sudah tidak ada lagi kesempatan bagi  umat manusia untuk beriman dan beramal saleh guna menembus dosa-dosanya)
3. Yaumul Hisab (hari perhitungan segala amal perbuatan baik dan buruk manusia)
4. Yaumul Zilzalah (hari kegemparan, sebab bumi ketika itu mengalami kegoncangan yang sangat dahsyat)
5. Yaumul Waqi’ah (hari kejatuhan sebab segala makhluk Allah swt benar-benar terhenti)
6. Yaumul Raajifah (hari gempa besar)
7. Yaumul Haaqqah (hari kebenaran sebab semua janji Allah dalam Al Quran tentang adanya kehidupan di alam akhirat mulai terbukti)
8. Yaumul Thaammah (hari kesulitan sebab setiap manusia tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri)
9. Yaumul Talaaq (hari pertemuan, sebab orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan dipertemukan dengan Tuhannya)
10. Yaumul Ghasyiyah (hari pingsan karena kehidupan segala makhluk Allah swt benar-benar terhenti)
11. Dan sebagainya sampai 34 nama.

3.        Keyakinan atas Peranan Malaikat, dan Makhluk Ghaib lainnya serta pengaruhnya terhadap Manusia
                                    Di samping manusia dan makhluk lainnya yang bersifat fisik, Allah menciptakan makhluk yang bersifat ghaib, yaitu jin, malaikat, dan setan. Jin adalah makhluk yang bersifat ghaib; tidak tampak secara kasat mata dan menghuni dunianya sendiri yang bersifat ghaib pula. Jin memiliki tugas yang sama dengan manusia, yaitu beribadah kepada Allah, karena itu kebaikan dan keburukan pun terjadi di dunia jin. Jadi di dalam dunia jin terdapat jin yang baik dan yang jahat. Di samping jin, terdapat pula setan yang lebih ditampilkan dalam bentuk kekuatan halus yang membisikkan keburukan kepada manusia dan jin. Sedangkan makhluk lainnya adalah malaikat yang lebih menggambarkan kekuatan baik. Baik setan maupun jin tidak diperoleh gambaran secara pasti di kalangan para hali tafsir, jadi bisa dalam bentuk makhluk yang bersifat halus dan ghaib atau mungkin saja berupa kekuatan yang membisikkan yang buruk dan baik. Sebagaimana dinyatakan. Alquran:
Artinya :
Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. raja manusia.. sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia” (QS. Al.Nas, 114:1-6)

4.         Keyakinan  atas  Tugas, peranan Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah swt dan membina mereka agar melaksanakan ajaranNya. Ciri-ciri mereka dikemukakan dalam Al Qur’an.
Artinya : ” (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan. Maksudnya: Para Rasul yang menyampaikan syari'at-syari'at Allah kepada manusia.” (QS. A; Ahzab;39)
Tafsir surat Al Baqarah ayat 225 :
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ ( 225)
Maksud ayat  لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ  adalah Allah tidak akan menyiksa kepada seseorang karena melakukan sumpah yang lagha (sia-sia), yaitu sumpah yang tidak dimaksud oleh orang tersebut, tetapi sumpah itu terucap karena kebiasaan sebelumnya dan tidak disertai itikad dalam hati, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam, mereka lupa mengatakan, “Demi Lata dan Uza”. Sumpahnya ini diucapkan secara tidak sengaja, karena lidahnya biasa mengatakan hal itu pada masa sebelum Islam, sedangkan hatinya tidak menyertai sumpahnya tersebut, maka Rasulullah memerintahkan untuk mengucapkan kalimat ikhlas (laa ilaaha illallah), agar kesalahan lidahnya itu bisa digantikan dengan kalimat ikhlas.


Manusia memerlukan informasi tentang Tuhan dari Tuhan sendiri agar informasi yang diterimanya benar menurut Tuhan sendiri; bukan benar menurut manusia. Untuk berhubungan langsung dengan Tuhan, manusia tidak memiliki kemampuan sehingga mustahil dapat bertanya langsung kepada Tuhan. Karena itu manusia memerlukan penjelasan tentang Tuhan melalui orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang Tuhan. Di sinilah peranan dan fungsi Rasul sebagai orang yang dipercaya dan dipilih Tuhan untuk menerangkan segala sesuatu tentang Tuhan. Mengenai penunjukkan seseorang sebagai Nabi dan Rasul bukanlah ditunjuk oleh manusia tetapi oleh Tuhan sendiri, sebagaimana Allah menunjuk Muhammad sebagai Rasulullah dengan firman- Nya:
Artinya : “Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.” (QS.Fussilat, 41:6)


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, atau sebuah keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada keraguan di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau menyekutukan Allah. Keyakinan harus di dasari dengan mengesakan Allah, karena barang siapa yang menyakin adanya Tuhan maka hendaknya harus yakin bahwa Allah itu esa/satu. Keyakinan akan hari Kiamat dan akhirat. Kiamat merupakan akhir perjalanan kehidupan alam raya dan pintu masuk alam akhirat. . Keyakinan atas Peranan Malaikat, dan Makhluk Ghaib lainnya serta pengaruhnya terhadap Manusia. Di samping manusia dan makhluk lainnya yang bersifat fisik, Allah menciptakan makhluk yang bersifat ghaib, yaitu jin, malaikat, dan setan. Keyakinan  atas  Tugas, peranan Nabi dan Rasul. Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah Swt dan membina mereka agar melaksanakan ajaranNya.



DAFTAR PUSTAKA
Thomas, Balliantine, Irving, dkk., Al-Quran Tentang Akidah dan Segala Amal  
Ibadah Kita, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996
A.Munawir, sudarsono., Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Rineka Cipta
Masjfuk, Zuhdi., Studi Islam Jilid III Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo
            Persada, 1993

Total comment

Author

AHLUL NAZAR

0   komentar

Cancel Reply