BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metabolisme sel adalah proses-proses
pengubahan biokamis yang terjadi di dalam sel dan dapat di bedakan menjadi
anabolisme atau penyusunan dan katabolisme atau penguraian. Penyusunan pada
sel-sel hewan tidak seperti yang dalam sel tumbuhan, akan tetapi katabolismenya
mempunyai kesamaan dengan sel tumbuhan meliputi peristiwa respirasi, yaitu
pembokaran zat-zat makanan menjadi energi.
Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya
terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme. Metabolism total merupakan semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa
metabolisme, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud metabolisme?
2.
Apa yang dimaksud dengan anabolisme dan katabolisme?
3.
Bagaimana proses glikolisis?
4.
Bagaimana proses siklus Krebs?
5.
Bagaimana proses fermentasi asam laktat?
C.
Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian metabolisme.
2. Untuk mengetahui pengertian anabolisme dan
katabolisme.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah glikolisis.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah siklus Krebs.
5. Untuk mengetahui proses fermentasi asam
laktat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metabolisme
Makhluk multiseluler, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan
tersusun atas jutaan sel. Tiap sel memiliki fungsi tertentu untuk kelangsungan
hidup suatu organisme. Untuk menjalankan fungsinya, sel melakukan proses
metabolisme. Metabolisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metabole” yang berarti perubahan. Metabolisme adalah
perubahan seluruh reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Beberapa dari reaksi
kimia itu menghasilkan pemecahan atau penguraian molekul organik. Reaksi kimia
ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena
metabolisme terjadi selalu menggunakan katalisator enzim. Metabolisme melibatkan
banyak komponen (molekul-molekul) yang terdapat di dalam sel. Komponen yang
memiliki keterkaitan erat dengan metabolisme diantaranya enzim dan ATP.
Proses pemecahan molekul ini yang biasanya memecah molekul
berukuran besar dan kompleks menjadi molekul berukuran kecil dan sederhana
disebut katabolisme. Reaksi katabolisme pada umumnya melepaskan energi kimia
yang dapat digunakan untuk melakukan bermacam-macam fungsi tubuh. Selain proses
pemecahan terjadi juga proses pembentukan molekul berukuran besar dan kompleks
dari molekul berukuran kecil dan sederhana. Proses ini merupakan kebalikan dari
proses pemecahan, dikenal dengan istilah anabolisme.
Metabolisme terdiri dari katabolisme dan anabolisme yang
dalam kenyataannya merupakan proses kimia yang rumit dan berlangsung di dalam
sel. Karena prosesnya berlangsung di dalam sel, maka disebut metabolism sel. Di
dalam sel, molekul organik mengalami perubahan secara terus menerus karena
beberapa molekul dipecah-pecah, sedangkan molekul yang lain terlibat dalam
proses sintesis.
Dalam proses
metabolisme, enzim sangat diperlukan sebagai katalisator (senyawa yang dapat
mempercepat proses terjadinya reaksi tanpa habis reaksi). Enzim bekerja dengan
cara menempel pada permukaan molekul zat–zat yang bereaksi, dan dengan demikian
dapat mempercepat proses reaksi. Penyusun utama suatu enzim adalah molekul
protein yang disebut Apoenzim. Agar berfungsi sebagaimana mestinya, enzim
memerlukan komponen lain yang disebut kofaktor. Kofaktor adalah komponen
nonprotein berupa ion atau molekul. Berdasarkan ikatannya, kofaktor dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu gugus prostetik, ko-enzim, dan ion-ion
anorganik.
Terdapat dua teori yang menjelaskan cara kerja enzim. Teori
lock and key (kunci dan anak kunci) yang dikemukakan oleh
Emil Fischer, serta Teori induced fit (induksi pas) yang
dikemukakan oleh Daniel Kashland.
1)
Teori Lock and Key
Menurut teori ini, cara kerja enzim mirip dengan mekanisme
kunci dan anak kunci. Enzim diibaratkan sebagai gembok yang memiliki sisi
aktif. Substrat diibaratkan sebagai anak kuncinya. Substrat memasuki sisi aktif
enzim seperti anak kunci memasuki kunci gembok. Substrat tersebut, kemudian
diubah menjadi produk. Produk ini kemudian dilepaskan dari sisi aktif dan enzim
siap menerima substrat baru.
2)
Teori Induced Fit
Berdasarkan
Teori Induced Fit, enzim melakukan penyesuaian bentuk untuk berikatan
dengan substrat. Hal ini bertujuan meningkatkan kecocokan dengan substrat dan
membuat ikatan enzim substrat lebih reaktif. Molekul enzim memiliki sisi aktif
tempat melekatnya substrat dan terbentuklah molekul kompleks enzim-substrat.
Pengikatan substrat menginduksi penyesuaian pada enzim yang meningkatkan
kecocokan dan mendorong molekul kompleks enzim-substrat berada dalam keadaan
yang lebih reaktif. Molekul enzim kembali ke bentuk semula setelah produk
dihasilkan
Teori Induced fit menyatakan bahwa setiap substrat
mempunyai permukaan yang pas dengan sisi aktif enzim.
|
Sebagai biokatalisator, enzim memiliki beberapa sifat antara
lain:
a.
Enzim hanya mengubah kecepatan reaksi, artinya enzim tidak mengubah produk
akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi, hanya meningkatkan
laju suatu reaksi.
b.
Enzim bekerja secara spesifik, artinya enzim hanya mempengaruhi substrat
tertentu saja.
c.
Enzim merupakan protein. Oleh karena itu, enzim memiliki sifat seperti protein.
Antara lain bekerja pada suhu optimum, umumnya pada suhu kamar. Enzim akan
kehilangan aktivitasnya karena pH yang terlalu asam atau basa kuat, dan pelarut
organik. Selain itu, panas yang terlalu tinggi akan membuat enzim terdenaturasi
sehingga tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
d.
Enzim diperlukan dalam jumlah sedikit. Sesuai dengan fungsinya sebagai
katalisator, enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit.
e.
Enzim bekerja secara bolak-balik. Reaksi-reaksi yang dikendalikan enzim dapat
berbalik, artinya enzim tidak menentukan arah reaksi tetapi hanya mempercepat
laju reaksi sehingga tercapai keseimbangan. Enzim dapat menguraikan suatu
senyawa menjadi senyawa-senyawa lain. Atau sebaliknya, menyusun senyawa-senyawa
menjadi senyawa tertentu. Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.
f.
Enzim dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim adalah suhu, pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta
konsentrasi substrat.
B. Fungsi Metabolisme Bagi Tubuh
- Pengubah Racun
Racun merupakan zat yang jelas tidak
dibutuhkan oleh tubuh. Masuknya zat ini ke dalam tubuh tidak selamanya
dilakukan dengan sengaja, sebagian besar malah justru tidak sengaja, alias
keracunan. Dan tahukah Anda bahwa proses metabolisme ini bisa mengubah zat
beracun menjadi senyawa yang sama sekali tidak beracun tidak hanya mengubahnya
menjadi tidak beracun, metabolisme juga dapat mengeluarkan racun dari tubuh.
- Menjaga Kesehatan Tubuh
Metabolisme merupakan sebuah proses
yang membantu tubuh untuk mengolah aneka zat yang masuk ke dalam tubuh. Hasil
akhir dari pengolahan tersebut nantinya berperan dalam membentuk identitas
kesehatan tubuh. Jika proses metabolime berjalan lancar, tubuh akan jauh lebih
merasa sehat dan bugar.
- Penghasil Senyawa ATP
ATP merupakan senyawa kimia
berenergi tinggi, tetapi mempunyai ikatan yang bersifat labil. Senyawa tersebut
nantinya akan menyumbang energi pada proses-proses dalam metabolisme seperti
fotosintesis, respirasi, sintesis protein, kemosintesis, dan lemak.
Fungsi spesifik dari proses metabolisme makhluk hidup adalah
untuk menghasilkan enrgi kimia dalam bentuk ATP dari penguraian zat makanan
dari lingkungan, mengubah molekul zat makanan menjadi prekusor pembangun
biomolekul sel serta menyusun unit-unit pembangun menjadi protein, asam
nukleat, lipida, polisakarida, dan komponen sel lain sebagai pembantuk dan
perombak biomolekul.
1.
Anabolisme
Anabolisme
adalah lintasan metabolisme
yang menyusun beberapa senyawa organik
sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini
membutuhkan energi
dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia.
Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana
tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi
yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk
ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.
Anabolisme
meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida,
dan nukleotida.
Kedua, adalah aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif
menggunakan energi dari ATP.
Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida,
lemak, dan asam nukleat.
Hasil-hasil
anabolisme berguna dalam fungsi yang esensial. Hasil-hasil tersebut misalnya glikogen dan protein sebagai
bahan bakar dalam tubuh, asam nukleat untuk
pengkopian informasi genetik. Protein, lipid, dan karbohidrat menyusun
struktur tubuh makhluk hidup,
baik intraselular maupun ekstraselular. Bila sintesis bahan-bahan ini lebih
cepat dari perombakannya, maka organisme akan tumbuh.
a)
Anabolisme Lemak
Lemak dapat disintesis dari karbohidrat
dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga zat tersebut bertemu di dalarn
daur Krebs. Sebagian besar pertemuannya berlangsung melalui pintu gerbang utama
siklus (daur) Krebs, yaitu Asetil Ko-enzim A. Akibatnya ketiga macam senyawa
tadi dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat tersebut. Lemak
dapat dibentuk dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat dibentuk dari
lemak dan protein dan seterusnya.
Sintesis
lemak dari karbohidrat:
Glukosa
diurai menjadi piruvat —> gliserol
Glukosa
diubah —> gula fosfat —> asetilKo-A —> asam
lemak
Gliserol
+ asam lemak —> lemak
Sintesis
Lemak dari Protein:
Protein
—> Asam Amino protease
b)
Anabolisme Protein
Sintesis protein yang berlangsung di dalam
sel, melibatkan DNA, RNA dan Ribosom. Penggabungan molekul-molekul asam amino
dalam jumlah besar akan membentuk molekul polipeptida. Pada dasarnya protein
adalah suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme mampu untuk mensintesis
protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis protein
dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat (substansi)
yang berperan penting sebagai "pengatur sintesis protein".
Substansi-substansi tersebut adalah DNA dan RNA.
c) Kemosintesis
Kemosintesis merupakan reaksi anabolisme
selain fotosintesis. Kemosintesis adalah konversi biologis satu molekul karbon
atau lebih (biasanya karbon dioksida atau metana), senyawa nitrogen dan sumber
makanan menjadi senyawa organik dengan menggunakan oksidasi molekul anorganik
(contohnya, gas hidrogen, hidrogen sulfida) atau metana sebagai sumber energi.
Kemosintesis adalah anabolisme yang menggunakan energi kimia. Energi kimia yang
digunakan pada reaksi ini adalah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi
kimia, yaitu reaksi oksidasi. Organisme autotrof yang melakukan kemosintesis
disebut kemoautotrof. Menurut Campbell et al. (2002), prokariota paling
awal adalah organisme kemoautotrof yang mendapatkan energi dari bahan kimia
anorganik dan menghasilkan energinya sendiri dan bukannya menyerap ATP. Hal ini
disebabkan Hidrogen sulfide (H2S) dan senyawa besi (Fe2+)
sangat berlimpah di bumi purbakala, dan sel-sel primitive kemungkinan
mendapatkan energi dari reaksi melibatkan senyawa tersebut. Beberapa arkhaea
modern saat ini dapat bertahan hidup pada sumber mata air panas yang mengandung
sulfur dan melakukan reaksi kimia yang membebaskan energi.
Kemampuan melakukan kemosintesis hanya
dimiliki oleh beberapa jenis mikroorganisme, misalnya bakteri belerang
nonfotosintetik (Thiobacillus) dan bakteri nitrogen (Nitrosomonas
dan Nitrosococcus).
Contoh:
Proses nitrifikasi, terdiri
berlangsung dalam dua tahapan besar yang masing-masing diperankan oleh kelompok
organisme yang berbeda:
1. Nitritasi yaitu oksidasi
amonia menjadi nitrit oleh bakteri pengoksidasi ammonium (AOB). Proses ini
dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus.
2. Nitratasi yaitu oksidasi senyawa nitrit (NO2-) menjadi nitrat oleh bakteri nitrat atau nitrit
bakteri pengoksidasi (NOB). Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrobacter.
Nitrit bersifat beracun, umumnya
tidak sampai mengumpul, karena reaksi nitrit menjadi nitrat jauh lebih besar
dibanding perubahan ammonium menjadi nitrit. Ada dua jenis bakteri ototrof yang
menonjol, mereka mendapatkan energi dari oksidasi N, sedangkan C diambil dari
CO2.
2.
Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi
pemecahan atau penguraian senyawa kompleks (organik) menjadi sederhana
(anorganik) yang menghasilkan energi. Untuk dapat digunakan oleh sel, energi
yang dihasilkan harus diubah menjadi ATP (Adenosin TriPhospat). ATP merupakan
gugus adenin yang berikatan dengan tiga gugus fosfat. Pelepasan gugus fosfat
menghasilkan energi yang digunakan langsung oleh sel, untuk melangsungkan reaksi-reaksi
kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak, reproduksi, dan lain-lain. Contoh
katabolisme adalah respirasi sel, yaitu proses penguraian bahan makanan yang
bertujuan menghasilkan energi. Sebagai bahan baku respirasi adalah karbohidrat,
asam lemak, dan asam amino dan sebagai hasilnya adalah CO2 (karbon dioksida,
air dan energi). Respirasi dilakukan oleh semua sel hidup, sel hewan maupun sel
tumbuhan.
Katabolisme adalah proses yang menghasilkan energi yang
dibutuhkan untuk semua aktivitas dalam sel. Dalam proses ini, sel-sel memecah
molekul besar (terutama karbohidrat dan lemak) untuk melepaskan energi. Urutan
yang paling umum dari reaksi katabolik pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga
tahapan utama. Pertama, molekul organik besar seperti protein, polisakarida,
atau lemak dicerna menjadi molekul yang lebih kecil di luar sel. Kemudian,
molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh sel-sel dan masih diubah
menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya asetil koenzim A (Asetil KoA), yang
melepaskan energi. Akhirnya, kelompok asetil pada KoA dioksidasi menjadi air
dan karbon dioksida pada siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron, dan
melepaskan energi yang disimpan dengan cara mereduksi koenzim Nikotinamid
Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi NADH. Bila pembongkaran suatu zat
dalam lingkungan cukup oksigen (aerob) disebut proses respirasi, bila dalam
lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut fermentasi.
a. Respirasi seluler (respirasi aerob)
Respirasi
Aerob,
yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas, jadi oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen terakhir. Reaksi respirasi merupakan reaksi
katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi molekul anorganik berupa
CO2 dan H2O. Tujuan respirasi adalah untuk mendapatkan
energi melalui proses glikolisis. glukosa fosfat akan dipecah menjadi piruvat
dan masuk ke dalam siklus Krebs. Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus
Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan dikeluarkan dari dalam sel.
Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul dalam rongga-rongga antarsel dan
bila tekanan telah cukup akan keluar dari jaringan.
Respirasi seluler adalah proses
perombakan molekul organik kompleks yang kaya akan energi potensial menjadi
produk limbah yang berenergi lebih rendah pada tingkat seluler. Pada respirasi
sel, oksigen terlibat sebagai reaktan bersama dengan bahan bakar organik dan
akan menghasilkan air, karbon dioksida, serta produk energi utamanya ATP. ATP
(adenosin trifosfat) memiliki energi untuk aktivitas sel seperti melakukan
sintesis biomolekul dari molekul pemula yang lebih kecil, menjalankan kerja
mekanik seperti pada kontraksi otot, dan mengangkut biomolekul atau ion melalui
membran menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi. Secara garis besar, respirasi
sel melibatkan proses-proses sebagai berikut:
1) Glikolisis
Kata glikolisis (glycolysis) berasal
dari kata Gliko “gula” dan
lisis “penguraian” yang berarti “penguraian gula”. Bahan baku glikolisis adalah
glukosa. Senyawa ini terdiri atas molekul karbon, hydrogen, dan oksigen dengan
rumus molekul C6H12O6.. Glukosa, sejenis gula
berkarbon-enam, dipecah menjadi dua gula berkarbon-tiga. Gula yang lebih kecil
ini kemudian dioksidasi dan atom-atom yang tersisa disusun ulang untuk
membentuk dua molekul piruvat. Proses ini bersifat anaerob (tidak membutuhkan
oksigen bebas), akan tetapi jika memang ada, energy kimia yang disimpan dalam
piruvat dan NADH dapat diekstraksi oleh siklus asam sitrat dan fosforalisasi
oksidatif. Glikolisis berlangsung di sitosol.
Gambar: Proses Glikolisis
Tahap
glikolisis
Urutan
reaksi glikolisis dipisahkan menjadi dua fase, fase persiapan dan fase panen.
·
Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah tahap di mana ada konsumsi ATP dan juga
dikenal sebagai fase investasi. Fase panen adalah di mana ATP dihasilkan. Lima
langkah pertama dari reaksi glikolisis dikenal sebagai fase persiapan atau
investasi. Tahap ini mengkonsumsi energi untuk mengubah molekul glukosa menjadi
dua molekul molekul gula tiga-karbon.
Langkah 1
Langkah satu dalam glikolisis adalah fosforilasi. Langkah ini
Glukosa terfosforilasi oleh enzim heksokinase. Dalam proses ini, molekul ATP
dikonsumsi. Sebuah gugus fosfat dari ATP ditransfer ke molekul glukosa untuk
menghasilkan glukosa-6-fosfat.
Glukosa (C6H12O6) + Heksokinase +
ATP → Glukosa-6-fosfat (C6H11O6P1)
+ ADP
Langkah 2
Tahap kedua dari glikolisis merupakan reaksi isomerisasi. Dalam
reaksi ini glukosa-6-fosfat diatur ulang menjadi fruktosa-6-fosfat oleh
isomerase fosfat enzim glukosa. Ini adalah reaksi reversibel dalam kondisi
normal sel.
Glukosa-6-fosfat (C6H11O6P1)
+ Phosphoglucoisomerase → Fruktosa-6-fosfat (C6H11O6P1)
Langkah 3
Pada langkah ketiga glikolisis adalah reaksi fosforilasi. Pada
langkah ini enzim fosfofruktokinase yang mentransfer gugus fosfat untuk
membentuk fruktosa 1,6-bifosfat. Molekul ATP lain yang digunakan dalam langkah
ini.
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1)
+ + ATP fosfofruktokinase → Fruktosa 1,6-bifosfat (C6H10O6P2)
+ ADP
Langkah 4
Langkah ini dalam glikolisis adalah langkah destabilisasi, di mana
aksi enzim aldolase memecah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi dua gula. Gula ini
isomer satu sama lain, mereka adalah dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida
fosfat.
Fruktosa 1,6-bifosfat (C6H10O6P2)
+ aldolase → Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1)
+ gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
Langkah 5
Langkah 5 glikolisis merupakan reaksi interkonversi. Di sini, enzim
triose isomerase fosfat interkonversi molekul fosfat dihidroksiaseton dan
gliseraldehida fosfat.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1)
→ gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
Langkah ini menandai akhir dari persiapan atau fase investasi
glikolisis. Jadi pada akhir di sini, molekul glukosa 6-karbon dibagi menjadi
dua molekul tiga karbon dengan mengorbankan molekul ATP.
·
Tahap panen
Tahap kedua glikolisis dikenal sebagai fase panen dari glikolisis.
Fase ini ditandai dengan keuntungan dari molekul yang kaya energi ATP dan NADH.
Langkah 6
Langkah glikolisis ini merupakan langkah dehidrogenasi. Enzim triose
fosfat dehidrogenase, dehydrogenates gliseraldehida 3-fosfat dan menambahkan
fosfat anorganik untuk membentuk 1,3- bifosfogliserat. Pertama, aksi enzim
mentransfer sebuah H (hidrogen) dari gliseraldehida fosfat ke + NAD yang
merupakan agen pengoksidasi untuk membentuk NADH. Enzim juga menambahkan fosfat
anorganik dari sitosol ke gliseraldehida fosfat untuk membentuk 1,3-
bifosfogliserat. Reaksi ini terjadi dengan kedua molekul yang dihasilkan pada
langkah sebelumnya.
2 gliseraldehida fosfat (C3H5O3P1)
+ triose fosfat dehidrogenase + 2H- + 2P + 2NAD + → dua 1,3- bifosfogliserat
(C3H4O4P2) +
+ 2H + 2NADH
Langkah 7
Langkah 7 glikolisis adalah langkah fosforilasi tingkat substrat, di
mana enzim phosphoglycerokinase mentransfer gugus fosfat dari 1,3-
bifosfogliserat. Fosfat ditransfer ke ADP untuk membentuk ATP. Proses ini
menghasilkan dua molekul molekul 3-fosfogliserat dan dua molekul ATP. Ada dua
molekul ATP yang disintesis dalam langkah glikolisis ini.
2 molekul 1,3 bifosfogliserat (C3H4O4P2)
+ phosphoglycerokinase + 2 ADP → 2 molekul 3-fosfogliserat (C3H5O4P1)
+ 2 ATP
Langkah 8
Langkah glikolisis ini merupakan langkah mutase, terjadi di hadapan
enzim mutase fosfogliserat. Enzim ini merelokasi fosfat dari posisi karbon
ketiga 3-fosfogliserat molekul ke posisi karbon kedua, hasil dalam pembentukan
ini 2-fosfogliserat.
2 molekul 3-fosfogliserat (C3H5O4P1)
+ fosfogliseratmutase → 2 molekul 2- fosfogliserat (C3H5O4P1)
Langkah 9
Langkah glikolisis ini adalah reaksi liase, yang terjadi dengan
adanya enzim enolase. Dalam reaksi ini enzim menghilangkan molekul air dari
2-fosfogliserat untuk membentuk asam fosfoenolpiruvat (PEP)
2 molekul 2-fosfogliserat (C3H5O4P1)
+ enolase → 2 molekul asam fosfoenolpiruvat (PEP) (C3H3O3P1)
+ H2O
Langkah 10
Ini adalah tahap akhir dari glikolisis yang merupakan langkah
fosforilasi tingkat-substrat. Dalam kehadiran kinase enzim piruvat, ada
transfer molekul fosfat bentuk molekul fosfoenolpiruvat anorganik ke ADP untuk
membentuk asam piruvat dan ATP. Reaksi ini menghasilkan 2 molekul asam piruvat
dan dua molekul ATP.
2 molekul PEP (C3H3O3P1)
+ piruvat kinase + 2 ADP→ 2 molekul asam piruvat (C3H4O3)
+ 2 ATP
Reaksi ini menandai akhir dari glikolisis, dengan ini menghasilkan
dua molekul ATP per molekul glukosa.
Enzim
yang terlibat dalam glikolisis adalah sebagai berikut:
- Heksokinase: Heksokinase adalah
enzim fosforilasi, ia bertindak pada gula 6-karbon seperti galactose,
fruktosa mannose, glukosa. Enzim ini membawa reaksi pada langkah pertama
glikolisis. Dalam aksi glukosa enzim ini diubah menjadi glukosa-6-fosfat.
- Phoshphoglucoisomerase: Ini
adalah enzim isomerisasi aldosa-ketose. Enzim phoshpoglucoisomerase adalah
enzim mengkatalisis reaksi isomerisasi pada langkah kedua glikolisis, di
mana glukosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 6-fosfat.
- Phsophofructokinase: Enzim
phsophorylates ini F ^ P menjadi fruktosa 1,6-bifosfat di langkah ketiga
glikolisis. Reaksi ini terjadi dengan mengorbankan molekul ATP.
- Aldolase: Enzim ini
mengkatalisis langkah keempat jalur glikolisis. Enzim aldolase membagi
fruktosa 1,6 bispohsphate menjadi perantara dua molekul karbon,
gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat.
- Triose Phsophate Isomerase: Ini
adalah enzim isomerisasi. Enzim ini mengkatalisis langkah kelima
glikolisis dimana DHAP yang isomerised ke gliseraldehida 3-fosfat.
- gliseraldehida dehidrogenase
3-fosfat: Enzim ini mengkatalisis langkah 6 glikolisis, di mana G3P yang
terfosforilasi dan teroksidasi menjadi 1,3 bifosfogliserat dan NAD +
direduksi menjadi NADH.
- fosfogliserat kinase: enzim ini
mengkatalisis reaksi fosforilasi tingkat substrat. Dalam reaksi ini kinase
enzim fosfogliserat memfosforilasi ADP untuk menghasilkan 3-fosfogliserat
dan ATP.
- fosfogliserat mutase: Enzim ini
mengkatalisis langkah kedelapan glikolisis. Ini adalah reaksi mutasi di
mana enzim mendukung pembentukan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat.
- Enolase: Enzim ini membawa
reaksi dehidrasi sederhana. Molekul 2-fosfogliserat mengalami dehidrasi
untuk membentuk fosfoenolpiruvat.
- Kinase piruvat: Enzim ini
mengkatalisis langkah terakhir dari glikolisis. Ini adalah reaksi
fosforilasi tingkat substrat – di mana gugus fosfat dari fosfoenolpiruvat
ditransfer ke molekul ADP menghasilkan ATP kedua dari glikolisis dan
piruvat.
2) Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau
disingkat dengan DO adalah proses perubahan Piruvat menjadi Asetilkoezim – A. Proses ini berlangsung
karboksilasi Oksidatif ini di membran luar mitocondria sebagai fase antara
sebelum Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs) sehingga DO sering dimasukkan langsung
dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil
koenzim-A, merupakan tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis
dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi
yang diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria
melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase,
dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim (tiaminpirofosfat, asam
lipoat, koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenine
dinukleotida) dan berlangsung dalam lima tahap reaksi.
Reaksi ini merupakan
jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap reaksi pertama
dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat sebagai
koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang
terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.
Pada tahap reaksi kedua
α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian dipindahkan dari
tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam lipoat,
yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.
Dalam hal ini gugus
disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril.
Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari
gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem
enzim kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol
pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi
kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang
berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida). Akhirnya
(tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat pada
enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi
FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +).
3) Siklus Krebs
Proses ini pertama kali ditemukan oleh
Sir Hans Adolf Krebs (1930). Siklus Krebs disebut juga asam sitrat atau siklus
asam trikarboksilat. Tahapan ini terjadi di matrik mitokondria. Asetil ko-A
direaksikan dengan asam oksaloasetat membentuk asam sitrat dan membebaskan
ko-A. Selanjutnya terjadi serangkaian reaksi kimia yang meregenerasi asam
sitrat kembali menjadi asam oksaloasetat, inilah yang membuat proses ini
menjadi suatu siklus.
Tahap
siklus Krebs:
Tahap 1:
Asetil ko-A
bereaksi dengan oksaloasetat dan menjadi sitrat dengan melibatkan enzim sitrat
sintase, reaksi berlangsung dengan terjadinya kondensasi asetil ko-A dengan
oksaloasetat dan membentuk sitril ko-A, kemudain sitril ko-A dihidrolisis menjadi
sitrat dan ko-A.
Tahap 2:
Sitrat menjadi
cis-sitrat dengan melibatkan enzim aconitase, yaitu dengan menghidrolisis
sitrat yang merupakan isomer dari isositrat dan menghasilkan cis-asositat
sebagai intermedietnya. Cis-aconitate menjadi isositrat, dalam reaksi ini juga
melibatkan enzim aconitase dengan saling menukarkan atom H dengan gugus OH dari
tahap kedua di atas.
Tahap 3:
Terjadinya reaksi isositrat menjadi
α-ketoglutarat dengan melibatkan enzim isositrat dehidrogenase, melalui proses
dekarboksilasi oksidatif dari isositrat menjadi oksalosuksinat sebagai
intermedietnya. Lalu CO2 meninggalkan oksalosuksinat yang kemudian berubah
menjadi α- ketoglutarat. Reaksi ini menghasilkan NADH.
Tahap 4:
Suksinil
ko-A menjadi suksinat yang melibatkan enzim suksinil ko-A sintase, dengan
reaksi fosforilasi ikatan thioester dari suksinil dan ko-A yang banyak
energinya. Langkah ini merupakan satu-satunya yang memberikan energi tinggi.
GTP dihasilkan oleh beberapa reaksi thioester dan fosforilasi dari GDP.
Tahap 5:
Suksinat
menjadi fumarat dengan melibatkan enzim suksinat dehidrogenase dengan reaksi
oksidasi dua atom hidrogen dari suksinat terlepas menuju penerima, FAD. Lalu
reaksi ini menghasilkan fumarat dan FADH2.
Tahap 6:
Fumarat
menjadi L-malat dengan melibatkan enzim Lmalase, dimana pada masuknya H2O
ke dalam fumarat yang kemudian menghasilkan L-malat.
Tahap 7:
L-malat
menjadi oksaloasetat dimana pada reaksi ini terjadi oksidasi malat yang
dihidrogenasi menjadi bentuk oksaloasetat denganakseptor NAD. Reaksi ini melibatkan
enzim malat dehidrogenase dan menghasilkan NADH2.
Tahap 8:
Reaksi
oksaloasetat dengan asetil ko-A menjadi sitrat dengan melibatkan enzim sitrat
sintase melalui reaksi kondensasi oksaloasetat dengan asetil ko-A menjadi
sitril ko-A. Lalu sitril ko-A dihidrolisis lagi menjadi sitrat dan ko-A.
Enzim
yang terlibat dalam siklus krebs:
NO
|
ENZIM
|
PERANAN
|
1
|
Akonitase
|
Mengubah
asam sitrat menjadi asam isositrat
|
2
|
Asam
isositrat dehidrogenase
|
Mengubah
asam isositrat menjadi asam α ketoglutarat
|
3
|
Asam α ketoglutarat
dehidrogenase
|
Mengubah
asam α ketoglutarat menjadi asam suksinil CoA
|
4
|
Suksinat
thiokinase
|
Mengubah
suksinil CoA menjadi Suksinat
|
5
|
Suksinat
dehidrogenase
|
Mengubah asam Suksinat
menjadi fumarat
|
6
|
Fumarase
|
Mengubah
asam fumarat menjadi asam L-Malat
|
7
|
Asam
malat dehidrogenase
|
Mengubah
asam L-malat menjadi oksaloasetat
|
4)
Sistem Transpor Membran
Rantai
transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob. Transpor
elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem oksidasi
terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran dalam) dalam
mitokondria maka kemudian STE juga dikatakan Fosforilasi Oksidatif Molekul yang
berperan penting dalam reaksi ini adalah NADH dan FADH2, yang
dihasilkan pada reaksi glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, dan siklus Krebs.
Dari Glikolisis 2 NADH, dari DO ada 2 NADH, dari Siklus Krebs 6 NADH dan 2 FADH2.
Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul oksigen, koenzim Q
(Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a. NADH dan FADH ini
berintegrasi dengan O2 dan enzim sitokrom untuk menghasilkan air dan
ATP. Setelah terintegrasi dengan melepaskan ion H+ maka NAD dan FAD kembali
ketempat asalnya untuk mengikat ion H+ lagi, 2 NAD kembali ke sitoplasma untuk
menghanbil ion H+ pada proses glikolisis, 2 NAD ke membran luar mitokondria
untuk mengikat ion H+ pada peristiwa DO dan 6 NAD dan 2 FAD ke matriks
mitokondria untuk mengikat ion H+ lagi.
Pertama-tama,
NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron berenergi tinggi
yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q. Energi yang
dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan elektronnya cukup besar
untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian koenzim Q
dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron, koenzim Q juga
melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b dioksidasi oleh sitokrom c. Energi
yang dihasilkan dari proses oksidasi sitokrom b oleh sitokrom c juga
menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi
ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari
rantai transpor elektron. Sitokrom a ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah
atom oksigen, yang merupakan zat yang paling elektronegatif dalam rantai
tersebut, dan merupakan akseptor terakhir elektron. Setelah menerima elektron
dari sitokrom a, oksigen ini kemudian bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan
dari oksidasi koenzim Q oleh sitokrom b membentuk air (H2O).
Oksidasi yang terakhir ini lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk
dapat menyatukan ADP dan gugus fosfat organik menjadi ATP.
Jadi,
secara keseluruhan ada tiga tempat pada transpor elektron yang menghasilkan
ATP. Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH
sebanyak 10 dan FADH2 2 molekul. Dalam transpor elektron ini,
kesepuluh molekul NADH dan kedua molekul FADH2 tersebut mengalami
oksidasi. Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP dan kira-kira 2 ATP
untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor elektron
dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil Glikolisis (2 ATP) dan siklus
Krebs (2 ATP), maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan
total 38 ATP. Jadi dari satu molekul glukosa menghasilkan total 38 ATP. Akan
tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil
bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP.
b.
Respirasi anaerob
Respirasi anaerob adalah
respirasi yang tidak menggunakan bantuan oksigen, namun menggunakan glukosa
sebagai substratnya. Disebut sebagai proses fermentasi dan terjadi di
sitoplasma.
Fermentasi adalah proses produksi
energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat
definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula
adalah bahan yang umum dalam fermentasi.
Dalam
keadaan normal, respirasi seluler organisme dilakukan melalui proses
fosforilasi oksidatif yang memerlukan oksigen bebas. Sehingga hasil ATP
respirasi sangat tergantung pada pasokan oksigen yang cukup bagi selnya. Tanpa
oksigen elektronegatif untuk menarik electron pada rantai transport electron,
fosforilasi oksidatif akan terhenti. Akan tetapi, fermentasi memberikan suatu
mekanisme sehingga sebagian sel dapat mengoksidasi makanan dan menghasilkan ATP
tanpa bantuan oksigen.
Contoh: Fermentasi asam laktat
Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada
sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja
terlalu berat. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja yang keras
(yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai
bentuk fermentasi yang mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya.
Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan
pada otot. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat menyebabkan
otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut oleh darah ke hati untuk
diubah kembali menjadi piruvat.
Respirasi anaerob ini menghasilkan energi yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan respirasi aerob. Jika respirasi aerob dapat menhasilkan 36
ATP, respirasi anaerob hanya menghasilkan 2 ATP per satu molekul glukosa. Karena
respirasi aerob menghasilkan CO2 dan H2O sehingga disebut
katabolisme sempurna. Sementara hasil dari fermentasi adalah senyawa yang masih
reduktif, sehingga pembakaran yang dihasilkan tidak optimum seperti respirasi
aerob.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Metabolisme adalah perubahan seluruh
reaksi kimia yang terjadi di dalam sel.
2. Enzim
sangat diperlukan sebagai katalisator (senyawa yang dapat mempercepat proses
terjadinya reaksi tanpa habis reaksi)
3. Anabolisme adalah suatu peristiwa
perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks.
4. Anabolisme terbagi menjadi:
anabolisme lemak, anabolisme protein, dan kemosintesis.
5. Kemosintesis merupakan salah satu proses
pembentukan (anabolisme) untuk menghasilkan molekul organik berenergi.
6. Katabolisme merupakan reaksi pemecahan
atau penguraian senyawa kompleks (organik) menjadi sederhana (anorganik) yang
menghasilkan energi.
7. Katabolisme terbagi menjadi
respirasi aerob dan respirasi anaerob.
8. Respirasi aerob yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transport electron.
9. Respirasi anaerob yaitu fermentasi,
contohnya fermentasi asam laktat.
10. Fermentasi asam laktat adalah
respirasi yang terjadi pada sel hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen
tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat.
B.
Saran
1. Diharapkan
setelah membaca makalah ini agar kita memahami proses metabolisme dalam tubuh
hewan melalui membran sel.
2. Apabila di dalam makalah ini
terdapat suatu hal, baik itu perkataan, penulisan ataupun hal-hal lain yang
menuju kearah kekeliruan mohon kiranya agar makalah ini dapat dikoreksi, karena
sebagai manusia biasa tentunya penyusun pasti banyak melakukan kesalahan.
Untuk itu, kami mengharapkan dari pembaca, khususnya kepada ibu pembimbing
pembawa materi kuliah yaitu ibu Ayu Nirmala Sari, M. Si mohon kritik dan
sarannya guna perbaikan penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2002. Biology. Terjemahan. Rahayu Lestari. Jakarta: Erlangga.
Kartolo, S, W. 1990. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan,
Bandung: Fakultas MIPA ITB.